Buku ini merupakan terjemahan lengkap dari Tafsir Fi Zhilalil Qur’an karya Sayyid Qutub. Kitab ini diterjemahkan dan dicetak oleh Penerbit Gema Insani Press.
Deskripsi Buku Fi Zhilalil Qur’an
Judul | Tafsir Fi Zilalil Quran – Di bawah Naungan Al Quran |
Penulis | Sayyid Qutb |
Penerbit | Gema Insani Press |
Ukuran | 15 x24 cm |
Jumlah Buku | 12 Jilid |
Berat | 15 kg |
Harga Buku Fi Zhilalil Qur’an
Jilid 1 | 156.000 |
Jilid 2 | 156.000 |
Jilid 3 | 156.000 |
Jilid 4 | 156.000 |
Jilid 5 | 156.000 |
Jilid 6 | 156.000 |
Jilid 7 | 156.000 |
Jilid 8 | 156.000 |
Jilid 9 | 156.000 |
Jilid 10 | 156.000 |
Jilid 11 | 156.000 |
Jilid 12 | 156.000 |
Komentar Para Tokoh Tentang Tafsir Fi Zhilalil Quran
Ada perasaan yang berbeda ketika saya membaca Tafsir Fi Zhilalil Qur’an. Kata-kata yang digunakan oleh al-Ustadz Sayyid Quthb begitu indah dan menyentuh hati sehingga menyemangati saya untuk berislam serta memperjuangkannya. Sungguh merupakan suatu buku tafsir yang wajib dibaca oleh setiap muslim agar hidupnya menemukan arah sebagaimana yang Allah tunjukkan. (Prof.K.H.Ali Yafie)
Tafsir Fi Zhilalil Qur’an adalah tafsir yang menggerakkan. Pribadi Ustadz Sayyid Qurthb yang aktif berdakwah higga akhir hayatnya memberi nuansa haraki yang kuat pada tafsinya tersebut. Sementara itu, keindahan sastra pada Tafsir Fi Zhilal dihasilkan dari pendidikan beliau di bidang sastra dan aktivitas tulis-menulisnya yang panjang. Dengan begitu, membaca karya beliau ini akan meggerakkan umat Islam untuk mencapai cita-cita mulia Izzul Islam wal Muslimin, Menghadirkan Islam yang tidak menjadi beban melainkan rahmatan lil alamin. (Dr.Hidayat Nur Wahid,M.A)
Kelebihan buku tafsir ini adalah menggabungkan antara tafsir bir Ra’yi dan tafsir bil ma’tsur. kombinasi yang menjadikan buku tafsir ini memiliki hujjah yang kuat. Selain itu, bahasanya yang indah begitu menyentuh hati dan menggelorakan semangat jiwa untuk mengamalkan ajaran-ajaran Islam sekaligus memperjuangkannya. (Dr.K.H.Didin Hafidhuddin)
Sesuai dengan sosok pribadi dan kualitas penulisnya, tafsir ini kaya dengan ungkapan-ungkapan yang dapat menggelorakan semangat dan idealisme perjuangan menegakkan Al-Qur’an di bawah naungan Al-Qur’an. Para pembaca akan mendapatkan dua hal sekaligus, yaitu wawasan dan semangat perjuangan. (Dr.K.H.Miftah Faridl)
Sudah seharusnya setiap umat Islam membaca buku tafsir ini. Isinya yang mendalam dengan kandungan hujjah yang kuat, serta bahasa yang menyentuh hati, menjadikan buku ini layak untuk dijadikan referensi panduan hidup menuju arah yang diridhai Allah swt. (Prof.Dr.Din Syamsudin)
Tafsir Fi Zhilalil Qur’an adalah kitab tafsir yang kental nuansa tarbawi dan haraki, penulisnya, asy-Syahid Sayyid Quthb, adalah tokoh besar dalam pemikiran Islam kontemporer yang paling menonjol sekaligus aktivis dakwah yang memperjuangkan Islam hingga akhir hayatnya. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an ditulis dengan gaya bahasa yang indah, menyetuh, dan mampu meningkatkan semangat perjuangan. bagi para mujahid dakwah, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an in ilayaknya lentera yang selalu menerangi jalan dakwahnya. (Dr.Ahzami Sami’un Jazuli,M.A.)
Tafsir Fi zhilalil Qur’an adalah kitab tafsir yang istimewa. Pertama, ia ditulis pada masa kini bukan masa sekian abad yang lalu. Sehingga ia merepresentasikan pandangan seorang mukmin atas dunia kita yang berada dalam era Godless Civilization. Kedua, ia ditulis dari balik terali besi penjara oleh seorang ulama mujahid-dakwah yang istiqamah sepanjang hayatnya membela kalimat tauhid sampai syahid di tiang gantungan penguasa zalim. Dan Ketiga, kandungannya memadukan ketegaran akidah, fikrah, dan manhaj Islam dengan tampilan bahasa sastra yang indah dan menyentuh. Mahasuci Allah yang Mahatinggi. (Muhammad Ihsan Tanjung)
Pengantar Penerbit Gema Insani Press
Segala puja dan puji hanya bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat, dan karuniaNya kepada kami sehingga dapat menghadirkan buku Tafsir Fi Zhilalil-Quran; Dibawah naungan Al Quran karya al Ustadz asy Syahid Sayyid Quthb rahimahullah.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad saw. Besrta keluarga, sahabat dan orang orang yang mengikutinya sampai hari kiamat.
Tiada kata yang dapat kami ucapkan dalam mengomentari karya al Ustadz asy Syahid Sayyid Quthb ini, selain subhanallah. Karena, buku ini di tulis dalam bahasa sastra yang sangat tinggi dengan kandungan hujjah yang kuat sehingga mampu menggugah hati nurani iman orang orang yang mlemebacanya.
Buku ini merupakan hasil dari tarbiyah rabbani yang didapat oleh penulisnya dalam perjalanan dakwah yang ia geluti sepanjang hidupnya. Inilah karya besar dan monumental pada abad XX yang ditulis oleh tokoh abad itu, sekaligus seorang pemikir besar, konseptor pergerakan Islam yang ulung, mujahid di jalan dakwah, dan seorang syuhada.
Kesemuanya itu ia dapati berkat interaksinya yang sangat mendalam terhadap al Quran hingga sampai akhir hayatnya pun ia rela mati diatas tiang gantungan demi membela kebenaran Ilahi yang diyakininya.
Mengingat tafsir Fi Zhilalil Quran; Di Bawah naungan Al Quran adalah buku tafsir yang disajikan dengan gaya bahasa sastra yang tinggi, kami berusaha menerjemahkannya dalam bahasa Indonesia dengan baik agar nuansa ruhani yang terdapat dalam buku aslinya dapat tetap terjaga sehingga kita tetap mendapatkan nuansa itu dalam buku terjemahan ini.
Kami berharap tafsir Fi Zhilalil Quran; Di Bawah naungan Al Quran yang akmi terjemahkan lengkap 30 juz yang anda pegang saat ini adalah jilid I (juz 1-3) dapat menjadi referensi dan siap Dirumah Anda untuk selalu menjadi teman hidup Anda dalam mengarungi samudra kehidupan.
Untaian untaian pembahasan di dalam tafsir Fi Zhilalil Quran; Di Bawah naungan Al Quran adalah untaian untaian yang kental dengan nuansa Qurani sehingga ketika seseorang membacanya, seolah olah ia sedang berhadapan langsung dengan Allah SWT.
Hal inilah ysng membuat InsyaAllah orang orang yang membaca merasa berada di bawah naungan al Quran, suatu perasaan yang telah dirasakan oleh al Ustadz asy Syahid Sayyid Quthb sehingga ia pun menamai buku tafsirnya dengan tafsir Fi Zhilalil Quran; Di Bawah naungan Al Quran.
Kami hadikan buku ini ke tengah tengah anda agar anda juga dapat merasakan nikmatnya hidup di bawah naungan al Quran. Karena, tiada yang lebih berharga dan berarti dalam hidup seorang hamba selain dapat nerinteraksi dengan yang Menciptakannya melaluai kalamNya yakni al Quran. Ia merupakan titik tolak dari semua kebaikan.
Wallahu a’lam bish shawab.
Billahit taufiq wal hidayah.
Quote Sayyid Qutb
Fi Zhilalil Quran
Di bawah naungan al quran
Sebuah kitab yang penulisnya hidup bersamanya, dengan ruhnya, pikirannya, perasaanya, dan seluruh eksistensinya.
Ia hidup bersamanya dari masa ke masa, gagasan demi gagasan, kata demi kata.
Ia tuangkan inti penglaman hidupnya dalam dunia iman.
Telah tiba waktunya bagi kitab ini utntuk di terbitkan oleh penerbit yang terpercaya, yang menyadari bahwa ia menerbitkan buah pikiran sebelum mencari uang.
Menyebarkan buah pikiran adalah tugas yang mulia, bukan menggapai kerakusan
Demikianlah hendaknya penerbitan resmi Darusy Syuruq ini, setelah berkeliling keliling dalam penerbitan lpenerbitan yang tiding resmi.
Hendaklah ia ditertibkan dalam kemasan yang baru ini.
Salam hormat kami dalam pengembaran kami di muka bumi kepada penyusun yang telah syahid (menghadap ilahi)
Pengantar Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zilalil Quran
Dengan menyebut Nama Allah yang Maha pengasih lagi maha penyayang
Fi Zhilalil Quran’ Dibawah Naungan Al Quran.
Hidup di bawah naungan Al Quran adalah suatu nikmat. Nikmat yang tidak dimengerti kecuali oleh yang merasakannya. Nikmat yang mengangkat harkat usia manusia, menjadikannya diberkahi, dan menyucikannya.
Segala puji milik Allah yang telah memberiku karunia dengan hidup di bawah naungan al Quran dalam suatu rentang waktu, yang kurasakan nikmatnya yang belum pernah aku rasakan sebelumnya dalam hidupku. Kurasakan nikmat ini dalam hidupku, yang menjadikan usiaku bermakna, di berkahi, dan suci bersih.
Kutempuh hidup dengan kudengar Allah Yang Maha Suci brbicara kepadaku dengan al Quran ini, padahal aku sejumput hamba yang kecil. Adakah penghormatan bagi manusia seperti penghormatan yang tinggi dan mulia seperti ini?
Adakah pemaknaan dan peningkatan harkat usia seperti yang diberikan oleh Al-Quran ini? Kedudukan manakah yang lebih mulia yang diberikan oleh pencipta yang Maha Mulia kepada manusia?
Aku hidup di bawah naungan al Quran. Dari tempat yang tinggi, kulihat kejahiliahan yang bergelombang di muka bumi. Kulihat pula kepentingan kepentingan penghuninya yang kecil tak berarti.
Kulihat kekaguman orang-orang jahiliah terhadap apa yang mereka miliki bagaikan kanak kanak; pikiran-pikiran kepentingan dan perhatianya bagaikan anak anak kecil. Ketika kulihat mereka, aku bagaikan seorang dewasa yang melihat permainan anak anak kecil, pekerjaan anak-anak kecil, dan tutur katanya yang pelat seperti anak kecil.
Mengapakah manusia-manusia ini? Mengapa mereka terbenam di dalam lumpur lingkungan, tanpa bisa dan mau mendengar seruan yang luhur dan mulia, seruan yang mengangkat harkat kehidupan, menjadikannya diberkahi dan menyucikannya?
Aku hidup di bawah naungan al Quran sambil bersenang senang dengan menikmati gambaran yang sempurna, lengkap, tinggi, dan bersih bagi alam wujud ini, tentang tujuan alam wujud ini seluruhnya dan tujuan wujud manusia.
Kubandingkan dengan konsepsi jahiliah tempat manusia hidup, di timur dan barat, di selatan dan utara, dan aku bertanya, “bagaimanakah manusia hidup di dalam kubangan yang busuk di dataran paling rendah dan di dalam kegelapan yang hitam pekat, sementara di sisinya ada tempat penggembalaan yang subur, tempat pendakian yang tinggi, dan cahaya yang cemerlang?”
Aku hidup di bawah naungan al quran; kurasakan simponi yang indah antara gerak alam semesta yang diciptakannya. Kemudian, kuperhatikan lagi kehidupan jahiliah maka terlihat olehku kejatuhan yang dialami manusia karena menyimpang dar sunnah kauniyah dan benturan antara ajaran ajaran yang rusak serta jahat yang telah lama kemanusiaan bercokol di atasnya dan fitrah yang diciptakan Allah untuknya.
Aku berkata dalam hati, “setan keparat manakah gerangan yang telah membimbing langkah mereka ke neraka jahim ini?”
Wahai betapa ruginya manusia ini !!!
Aku hidup di bawah naungan al Quran; kulihat alam wujud ini jauh lebih besar hakikatnya, lebih banyak sisinya. Ia adalah alam ghaib dan alam nyata, bukan Cuma alam nyata saja. Ia adalah dunia dan akhirat, bukan Cuma dunia ini saja.
Pertumbuhan manusia dan kemanusiaan terus berkembang di cabang cabang dari ruang linkup yang amat panjang ini,. Sedangkan, kematian bukanlah akhir perjalanan, tetapi sebuah tahapan perjalanan itu sendiri.
Padahal apa yang di dapat manusia di muka bumi ini bukanlah bagiannya secara keseluruhan, melainkan hanya sejumput kecil saja dari bagiannya itu. Balasan yang terluput darinya di sini, tidak akan terluput disana.
Maka, tidak ada penganiayaan, tidak ada pengurangan dan tidak ada penyia-nyiaan. Perjalanan yang ditempuhnya di atas planet bumi ini hanya sebuah perjalanan di alam kehidupan yang biasa berlaku; sedang dunia yang jujur dan penyayang adalah yang punya ruh yang saling bertemu dan bertegur sapa, dan menuju kepada pencipta yang maha esa, yang kepada Nya ruh orang mukmin dalam kekhusyukan,
“Hanya kepada Allah lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri maupun terpaksa, dan (dujud pula) baying baying mereka pada waktu pagi dan petang hari” (ar Ra’d: 15)
“langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan, tidak ada sesuatupun melainkan bertasbih dengan memujiNya” (al Israa’: 44)
Manakah gerangan kesenangan, kelapangan, dan ketenangan yang datang kedalam hati seperti gambaran yang komplet, sempurna, lapang, dan benar ini?
Dibawah bayang-bayang al Quran, aku hidup dengan melihat manusia sebagai makhluk yang lebih banyak mendapatkan penghormatan dibandingkan yang diberikan oleh manusia itu sendiri.
Ia adalah makhluk yang ditiupkan padanya ruh ciptaan Allah, “Maka, apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya dan telah meniupkan kepadanya ruh (ciptaan)Ku, maka tunduklah kamu (wahai malaikat) kepadanya dengan bersujud” (al Hijr: 29)
Dengan ditiupkannya ruh ini, manusia menjadi khalifah di muka bumi ini, “Ingatlah kepada Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, ‘sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah dilmuka bumi,” (al Baqarah: 30)
Dan segala sesuatu ditundukkan untuknya, “dan dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripadaNya…” (al Jaatsiyah: 13)
Karena, dengan kemuliaan dan ketinggian kedudukan yang diberikan Allah kepada manusia dan diadikanNya unsur kesamaan antar manusia ini, unsur tiupan ilahi yang mulia ini, Allah menjadikan unsur kesamaan itu adalah unsur akidah terhadap Allah.
Maka, akidah seorang mukmin adalah tanah airnya, bangsanya, dan keluarganya. Oleh karena itu, semua manusia berhimpun padanya dan bertumpu atasnya, bukan seperti binatang yang berhimpun pada rumput, tempat penggembalaan, pepohonan, dan padang yang membentang.
Orang mukmin tidak bernasab kepada keturunan, yang berspekulasi dalam pengembangan zaman. Sesungguhnya, dia adalah salah seorang dari satu rombongan yang mulia, yang dibimbing langkahnya oleh rombongan terhormat itu: Nuh, Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub, Yusuf, Musa, Isa dan Muhammad alaihimushshalaatu wassalam,
“Sesungguhnya (agama tauhid) ini , adalah agama kamu semua, agama yang satu dan aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepadaKu” (al Mu’minuun: 52)
Rombongan yang mulia ini, yang terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman sejak dahulu, terus menghadapi sebagaimana tampak di dalam bayang-bayang al Quran berbagai macam sikap manusia yang mirip-mirip, bahaya yang mirip mirip dan pengalaman pengaalaman yang mirip-mirip sepanjang perjalanan zaman dan masa, perubahan tempat, dan berbilangnya golongan manusia.
Mereka menghadapi kesesatan, kebutaan, penyimpangan, hawa nafsu, kesewenang-wenangan, kezaliman, terror, dan ancaman. Akan tetapi, mereka terus berjalan di jalannya dengan langkah yang mantap, hati yang tenang, percaya kepada pertolongan Allah, menggantungkan harapan kepadaNya, dan selalu menantikan realisasi janji Allah Yang Maha Benar dan pasti pada setiap langkahnya,
“Orang-orang kafir berkata kepada rasul rasul mereka, “Kami sungguh sungguh akan mengusir kamu dari negri kami atau kamu kembali kepada agama kami.’ Maka tuhan mewahyukan kepada mereka, ‘kami pasti akan membinasakan orang-orang yang zalim itu. Dan, kami pasti akan menempatkan kamu di negeri-negeri itu sesudah mereka. Yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang takut (akan menghadap) ke hadiratKu dan yang takut kepada ancaman-Ku (Ibrahim: 13-14)
Sikap manusia yang mereka hadapi adalah sama, pengalamannya sama, ancamannya sama, keyakinannya sama dan yang dijanjikan untuk mereka pun juga sama, yaitu yang dijanjikan kepada rombongan yang terhormat itu. Dan, akibat yang mereka nantikan juga sama yaitu akibat yang dinanti nanti kan oleh seorang mukmin di ujung perjalanan mereka, sedangkan mereka menghadapi kesewenang wenangan, terror, dan ancaman.
Keteraturan, keserasian, dan keharmonisan
Dibawah bayang-bayang al Quran, aku mendapatkan pelajaran bahwa di alam semesta ini tidak ada tempat lagi sesuatu untuk terjadi secara kebetulan dan ketidaktahuan, tidak ada tempat pula bagi sesuatu yang datang dengan tiba tiba, “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu dengan kadar (ukuran),” (al Qamar: 49) “…dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menakdirkan (menetapkan ukuran ukurannya) dengan serapi-rapinya.” (al Furqan: 2)
Segala sesuatu terjadi karena ada hikmahnya. Akan tetapi, hikmah perkara ghaib kadang-kadang tidak terungkap oleh pandangan manusia yang terbatas ini, “…Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu; dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (al Baqarah: 216)
Sebab-sebab yang dikenal manusia kadang-kadang diiringi oleh bekas-bekasnya dan kadang-kadang tidak diinginakannya. Dan, pendahuluan-pendahuluan yang dianggap pasti oleh manusia kadang-kadang menampakkan hasilnya dan kadang-kadang tidak.
Hal itu disebabkan bukan sebab-sebab dan pendahuluan-pendahuluan itu yang menimbulkan bekas dan hasil, melainkan adanya kesamaan dan kesesuaian antara kehendak mutlak yang menimbulkan bekas-bekas dan hasil itu dengan sebab-sebab pendahuluan itu, “…Kamu tidak akan mengetahui, barangkali Allah yang mengadakan sesudah itu suatu hal yang baru.” Ath Thalaaq: 1)
“Dan, kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah…”(at Takwiir: 29)
Orang mukmin mengusahakan sebab-sebab ini karena mereka diperintahkan untuk melakukanya, sedangkan Allah yang menentukan akibat dan hasilnya.
Merasa tenteram terhadap rahmat Allah, keadilanNya, kebijaksanaanNya, dan ilmuNya saja sudah merupakan kenikmatan yang terpercaya dan dapat menyelamatkan yang bersangkutan dari gejolak dan bisikan yang bukan-bukan, “Setan menjanjikan (menakut nakuti) kamu dengan kemiskina dan menyuruh kamu berbuat kejahatan, sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan dariNya dan karunia. Dan, Allah Mahaluas (karuniaNya) lagi Maha Mengetahui.” (al Baqarah: 268)
Oleh karena itu, aku hidup di bawah bayang-bayang al Quran, dengan jiwa yang tenang, hati yang tenteram, dan nurani yang mantap. Aku hidup dengan melihat tangan Allah dalam setiap urusan. Aku hidup dalam lindungan dan pemeliharaan Alah. Aku hidup dengan merasakan kepositifan dan keaktifan sifat-sifat Allah ta’ala, “Atau apakah yang memperkenalkan (doa) orang yang dalam kesulitan apabiloa dia berdoa kepadaNya, dan yang menghilangkan kesusahan…?”(an Naml: 62)
“…Dan, Dialah yang berkuasa atas sekalian hamba hamba Nya. Dan, Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.” (al An’aam: 18)
“…Dan, Allah berkuasa terhadap urusan Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetauinya.” (Yusuf: 21)
“…ketahuilah bahwasannya Allah membatasi antara manusia dan hatinya…”(al Anfaal: 24)
“(Allah) Mahakuasa berbuat apa yang di kehendakiNya.” (al Buruj: 16)
“…Barangsiapa yang bertakwa kepada allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tak di sangka sangkanya. Dan, barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan melaksanakan urusan ( yang di kehendakiNya )…” (ath Thalaaq: 2-3)
“…Tidak ada makhluk melatapun melainkan Dialah yang memegang ubun ubunnya…”(Huud: 56)
“Bukanlah Allah cukup untuk melindungi hamba hambaNya? Dan, mereka menakut nakuti kamu dengan (sembahan sembahan) yang selain Allah…”(Az Zumar: 36)
“…Barang siapa dihinakan Allah maka tidak seorangpun yang memuliakannya…”(Al Hajj: 18)
“…dan barangsiapa yang disesatkan Allah maka tidak ada baginya seorangpun yang akan memberi petunjuk.”(al Mu’min: 33)
Alam semesta ini tidaklah dibiarkan menurut system dan mekanisme yang tuli dan buta. Karena itu, di belakang undang-undang alam ini pasti terdapat kehendak yang mengatur dan kehendak yang mutlak. Allahlah yang menciptakan apa yang dikehendaki Nya dan memeliharanya.
Dan aku mendapat pelajaran pula bahwa tangan Allah selalu bekerja, tetapi ia bekerja dengan jalannya sendiri. Dan, kita tidak boleh meminta di segerakan kerjanya tangan Allah itu, dan kita juga tidak boleh menyuruhNya melakukan sesuatu.
Manhaj system Ilahi sebagaimana yang tampak di bawah bayang bayang al Quran dibuat untuk bekerja pada setiap lingkungan, pada setiap perkembangan manusia, dan pada setiap keadaan dari berbagai keadaan jiwa manusia.
Ia dibuat untuk manusia yang hidup di muka bumi ini, yang memegang fitrah manusia, kemampuan dan persiapannya, kekuatan dan kelemahanya, dan keadaan keadaanya dengan segala perubahan yang senantiasa menimpanya.
Prasangkanya yang buruk terhadap keberadaannya tidak menjadikan perannya hina di muka bumi atau menjadikan tersia-sianya nilainya dalam lukisan hidupnya, baik sebagai pribadi maupun anggota masyarakatnya.
Demikian pula, dia tidak bingung bersama khayalanya, lantas mengangkat keberadaanya melampaui ukuran dan kekuatannya, dan melampaui kepentingan yang untuknyalah ia diciptakan oleh Allah. Dan, tidaklah dapat dipastikan dalam kedua kondisi itu bahwa unsur-unsur fitrahnya merupakan bekal yang berkembang dengan undang-undang atau terbuka tutupnya dengan goresan pena.
Manusia adalah suatu makhluk dengan eksistensinya, fitrahnya, dan kecenderungan kecenderungannya serta persiapan persiapannya. Ia mengambil dan menggunakan manhaj Ilahi dengan tangannya untuk meningkatkan martabatnya ke puncak tingkat kesempurnaanya yang ditakdirkan untuknya sesuai dengan aktivitas dan kegiatannya, dan memulaikan dirinya dan fitrahnya serta unsur unsurnya.
Dan, dialah yang menuntunnya di jalan kesempurnaan untuk naik menuju Allah. Oleh karena itu, manhaj Ilahi dibuat untuk masa yang panjang yang hanya diketahui oleh Pencipta manusia dan Yang menurunkan al Quran ini. Karena itu, tidaklah dia serampangan dan tidak tergesa gesa untuk mewujudkan tujuan-tujuannya yang luhur di dalam manhaj ini.
Waktu di depannya terbentang luas, tidak dibatasi oleh usia seseorang, dan tidak dapat didorong oleh keinginan seseorang yang fana ini, karena khawatir kedahuluan meninggal dunia sebelum terwujudnya tujuannya yang jauh, sebagaimana yang terjadi pada para pengikut isme-isme di muka bumi yang melakukan segala urusan dengan serampangan dalam satu generasi, dan melangkahi fitrah yang seimbang karena mereka tidak sabar terhadap langkah perjalanan yang seimbang ini.
Di tengah perjalanan yang serampangan yang mereka tempuh itu terjadilah pembantaian pembantaian, darah mengalir deras, tata nilai menjadi hancur, dan segala urusan menjadi goncang dan labil. Kemudian pada akhirnya mereka sendirilah yang hancur, dan karena mazhab-mazhab (isme-isme) buatan itu pun hancur di bawah pukulan fitrah yang tak dapat dibendung oleh isme-isme yang amburadul.
Islam berjalan dengan lemah lembut bersama dengan fitrah. Islam mendorong fitrah dari sini dan menghalanginya dari sana; ia menegakkannya kalau miring, tetapi tidak memecahkan dan menghancurkannya. Ia bersabar terhadapnya seperti sabarnya orang yang arif, yang tajam pandangan batinya, yang percaya akan tujuan yang telah dirumuskan.
Dan, orang yang tidak dapat menggapai kesempurnaan pada babak ini, dia akan dapat menyempurnakanya pada babak kedua, ketiga, kesepuluh, keseratus, atau keseribu. Karena, masa terus berkembang, tujuannya jelas, dan jalan untuk mencapai tujuan yang besar itu sangat panjang.
Sebagaimana pohon yang tinggi itu tumbuh dan akarnya menghujam ke dalam tanah, serta ranting dan dahanya menjulang membentuk jaringan, Islam pun tumbuh perlahan lahan, lembut, dan tenang, kemudian jadilah ia sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah.
Tanaman itu kadang tertaburi debu di atasnya, kadang-kadang sebagiannya dimakan ulat, kadang terendam banjir. Akan tetapi, sang penanam yang piawai tahu bahwa tanaman itu akan kekal dan berkembang, dan ia akan mengalahkan semua hama dalam waktu yang panjang. Karena itu, ia tidak pernah menindas keadilan dan tidak pernah gelisah. Dia tidak akan berusaha mematangkanya tanpa menggunakan sarana-sarana fitrah (keaslian) yang tenang dan stabil, yang toleran dan penyayang. Itulah manhaj Ilahi di seluruh alam ini, “.,..dan kamu sekali kali tidak akan mendapati perubahan bahan pada sunnah Allah.” (al Ahzab: 62; Fathir: 43)
Al haq (kebenaran) didalam manhaj Allah merupakan dasar bangunan alam wujud ini, bukan sesuatu yang datang sekonyong-konyong dan tiba-tiba tanpa tujuan. Sesungguhnya, Allah adalah Maha Benar dan dari keberadaanNya berkembanglah wujud segala yang maujud, “(Kuasa Allah) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (tuhan) Yang Hak, dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Allah itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Tinggi lagi Mahabesar.”(al Hajj: 62)
Dan Allah menciptakan alam ini dengan benar, tidak di campouri dengan kebatilan, “Allah tidaj menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak.” (Yunus: 5)
“Ya tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia sia. Mahasuci Engkau.” (Ali Imran: 191)
Kebenaran adalah pilar utama alam wujud ini, apabila ia menyimpang dari kebenaran maka rusaklah ia dan akan binasa, “Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi.” (al Mu’minuun: 71)
Oleh karena itu, kebenaran harus eksis dan kebatilan harus sirna. Kalau tidak demikian fenomenanya, jelaslah akibatnya, “Sebenarnya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu yang hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap.”(al Anbiyaa’: 18)
Kebaikan, kesalehan, dan kebajikan merupakan asal segala sesuatu sebagaimana kebenaran, dan akan terus kekal bersama kebenaran di muka bumi, “Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurunnya, maka arus itu membawa buih yang mengembang. Dan, dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikian Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang batil. Adapun buih itu akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan.” (ar Ra’d: 17)
“Tidaklah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan, perumpamaan kalimat yang buruk, setiap pohon yang buruk yang telah diambil dengan akar-akarnya dari muka bumi, tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (Ibrahim: 24-27)
Manakah ketentraman yang ditimbulkan oleh gambaran ini? Macam apakan ketenangan yang dimasukan ke dalam hati? Kepercayaan macam apakah pada kebenaran, kebaikan, dan kesalehan itu? Dan, kekuatan dan ketinggian seperti apakah yang di alirkan di dalam hati sehingga menganggap kenyataan yang ada ini kecil?
Kembali kepada Allah, Makna dan Aplikasinya
Akhirnya, sampailah aku dalam masa hidupku di bawah naungan al Quran kepada keyakinan yang pasti bahwa tidak ada kebakan dan kedamaian bagi bumi ini, tidak ada kesenangan bagi kemanusiaan, tidak ada ketenangan bagi manusia, tidak ada ketinggian, kenberkatan, dan kesucian, dan tidak ada keharmonisan antara undang undang alam dengan fitrah kehidupan melainkan dngan kembali kepada Allah.
Kembali kepada Allah sebagaimana yang tampak di dalam bayang bayang al Quran memiliki satu bentuk dan satu jalan. Hanya satu, tidak ada yang lain. Yaitu, mengembalikan semua kehidupan kepada manhaj Allah yang telah di tulisny a di dalam kitab Nya yang mulia bagi kemanusiaan. Yaitu, dengan menjadikan kitab ini sebagai pengatur dalam kehidupannya dan berhukum kepdanya di dalam semua urusannya. Kalau tidak begitu, kerusakanlah yang akan terjadi di muka bumi, kesengsaraan bagi manusia , terbena ke dalam lumpur dan kejahilan yang menyembah hawa nafsu selain Allah,
“maka jika mereka tidak memenuhi permintaanmu ketahuilah bahwa sesungguhnya hanya mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan, siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti petunjuk dari Allah sedikitpun? Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang orang yang Zhalim.” (al Qashash: 50)
Sesungguhnya Allah berpedoman kepada manhaj Allah di dalam kitabNya itu bu8kanlah perkara sunnah, thathawu’ atau boleh memilih, tetapi ia adalh iman. Kalau tidak mau, tidak ada iman bagi yang bersangkutan, “Dan tidaklah patut bagi laki laki yan mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan rasulnya telah menetapkan sesuatu ketetapan, akaan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.”(al Ahzab: 36)
“kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutlah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang orang yang tidaj mengetahui. Sesungguhnya mereka sekali sekali tidak akan dapat menolak dari kamu sidikit pun dari (siksaan) Allah. Dan, sesungguhnya orang orang yang zalim itu sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain, dan Allah adalah pelindung bagi orang orang yang bertakwa.”al Jaatsiyah: 18-19)
Kalau begitu, urusan ini sangat serius. Itu adalah urusan aqidah sejak dari dasarnya. Kemudian, urusan kabahagiaan atau kesengsaraan manusia.
Sesungguhnya, manusia yang diciptakan Allah ini tidak dapat membuka gembok gembok fitrahnya kecuali dengan menggunakan kunci ciptaan Allah, dan tidak akan dapat mengobati penyakit penyakit fitrah itu kecuali dengan obat yang dibikin dengan tangan Allah. Dan, Allah telah menjadikan manhaj Nya sebagai kunci gembok dan obat bagi semua penyakitnya, “Dan kami turunkan dari al Quran sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang orang yang beriman.” (al Isra’: 82)
“sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus.”(al Isra’: 9)
Akan tetapi, manusia tidak ingin mengembalikan gembok ini kepada penciptanya, tidak ingin membawa si sakit kepada penciptanya, tidak mau menempuh jalan sesuai dengan urusan dirinya, urusan kemausiaanya, dan mana urusan yang sekiranya membawanya bahagia atau sengsara. Ia tidakterbiasa menempuhnya dengan mempergunakan segenap sarana dan peralatan untuk memenuhi kebutuhan sehari harinya yang kecil kecil. Padahal, ia tahu bahwa untuk memperbaiki alat alat itu memerlukan insinyur yang membuatnya. Tetapi, kaidah ini tidak di terapkan bagi kehidupan manusia sendiri, yaitu dikembalikanke pabrik yang memproduksinya, dan tidak mau bertanya kepada orang yang membuat alat alat yang mengagumkan itu, yaitu oragan organ manusia yang agung dan mulia, yang halus dan yang lembut, yang tidak ada yang mengetahui saluran salurannya dan jalan jalan masuknya kecuali yang membuat dan menciptakan, “Sesungguhnya DIa Maha Mengetahui segala isi hati, apakah Allah yang mencipttakan itu tidak mengetahui, padahal Dia Mahahalus lagi Mahamengetahui?” (Al Mulk: 13-14)
Dari sini lantas menimpalah kesengsaraan kepada manusia yang tersesat, manusia yang miskin dan bingung, manusia yang tidak akan mendapatkan jalan yang benar, tidak akan mendapatkan petunjuk, tidak akan menemukan ketenangan, tidak akan mendapatkan jalan yang benar, tidak akan mendapatkan kebahagiaan, kecuali denganmengembalikan fitrah kemanusisaan ini kepada Penciptanya Yang Maha Agung, sebagaimana dikembalikan peralatan peralatan kepada penciptanya yang kecil itu.
Sesungguhnya, dijauhkannya islam dari pembimbingnya terhadap manusia yang besar dala sejarahnya,, bencana yang manusia tisdak pernah melihat bandingannya dalam semua bencana yang dialaminya.
Islam telah memegang kepemimpinan setelah bumi rusak, lehidupan menjadi kacau balau, kepemimpinan berjalan dengan kejam dan sewenang wenang, dan manusia merasakan bencana dan kesengsaraan karena model kepemimpina yang sewenang wenang itu,
“telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia.” (ar Ruum: 41)
Islam mengendalikan dengan al Quran ini, dengan konsep konsep baru yang di bawa oleh al Quran, dan dengan syariat yang di kembangkan dari konsep ini. Bmaka, yang demikian itu melahirkan manusia manusia yang lebih agung daripada kelahirannya secara fisik. Al Quran telah melahirkan bagi manusia pandangan yang baru tentang alam dan kehidupan, tentang nilai tatanan, sebagaimana ia telah melahirkan bagi kemanusiaan sebuah realitas social yang unik, yang menjadi mulia hanya semata mata konsepsinya sebelum ditumbuhkan sebagai manusia baru oleh al Quran.
Ya, sebuah realitas social yang bersih dan indah, yang agung dan luhur, yang lapang dan toleran, yang realistis dan positif, yang seimbang dan harminis yang sama sekali tidak terbayang dalam hati seandainya Allah tidak menghendakinya dan merealisasikan dalam kehidupan mereka, di bawah naungan al Quran, di bawah bayang bayang al Quran, manhaaj al Quran dan syarian al Quran.
Setelah itu, terjadilah bencana yang membinasakan, islam terjauh dari kepemimpinan, terjauh darinya dan di gantikan oleh kejahiliahan pada kali lain, dalam berbagai bentuk dan wujudnya, dalam bentuk materialism yang dikaagumi manusia sekarang, sebagaimana kagumnya anak anak kecil terhadap pakaian berlukisan dan mainan yang warna warni.
Disana ada kelompok orang yang menyesatkan, yang menipu, dan menjadi musuh kemanusiaan. Mereka menaruh manhaj ilahi dalam satu piringan timbangan dan teori teori buatan manusia dalam dunia materi pada piringan timbangan yang lain, kemudian mereka berkata “inilah pilihanku!! Pilihanku adalah manhaj Ilahi bagi kehidupan manusia dalam dunia materi. Atau, mempergunakan hasil pengetahuan manusia dengan menjauhi manhaj Ilahi!!”
Ini daya yang tercela dan busuk! Masalahnya tidak demikian. Manhaj Ilahi tidak memusuhi kreatifitas manusia, tetapi justru ia memberi inspirasi terhadap kreasi ini dan mengarahkannya kearah yang benar dan mendorongnya untuk menempati posisinya sebagai khalifah di muka bumi, suatu posisi yang Allah berikan kepadanya, dan diberiNya kamampuan dan potensi untuk menunaikan tugas tugasnya, dan diaturNya penciptaan manusia dengan penciptaan alam sehingga meraka dapat menguasai kehidupan, kerja dan kreasi.
Sementara, berkreasi itu sendiri merupakan ibadah kepada allah, sebagai salah satu cara untuk mensyukuri nikmat Nya yang amat besar, dan sebagai syarat pelaksanaan janji kekhalifahan itu sendiri, yaitu hendaklah mereka beramal dan bergerak serta berdaya upaya dalam bingkai keridhaan Allah.
Adapun orang orang yang meletakkan manhaj ‘Pengaturan’ Allah di dalam satu piringan timbangan dan meletakkan kreasi manusia dalam dunia materi pada piringan timbangan dan meletakkan kreasi manusia dalam dunia materi pada pada piringan timbangan yang lain (lantas memilih salah satunya), jelas menunjukan niat mereka yang amat jelek, sangat buruk, yang hendak menambah keletihan dan kebingungan manusia yang sudah letih, bingung dan sesat, yang mendengarkan suara juru nasihat yang tulus, ingin kembali dari kebingungan yang membinasakan, dan ingin hidup tenang di bawah naungan Allah.
Ada pula golongan lain, yang tidak berkurang niat baiknya, tetapi pengetahuannya tidak memadai dan tidak mendalam. Mereka terkagum kagum oleh pengungkapan manusia terhadap kekuatan dan undang-undang alam, mereka terpengaruh dan tergiur oleh kemampuan manusia dalam dunia materi. Lantas kekaguman dan keheranan mereka menjadikan mereka memisahkan antara potensi alam dan nilai iman, memisahkan kerjanya dan dampak nyatanya dalam alam dan realitas kehidupan.
Mereka menjadikan suatu lapangan bagi hukum alam dan suatu lapangan lain bagi hukum alam dan suatu lapangan lain bagi nilai nilai-iman; dan mereka mengira bahwa undang undang alam itu berjalan pada jalannya sendiri tanpa ada pengaruhnya terhadap nilai nilai iman dan hasilnya adalah sama saja, apakah manusianya beriman atau kafir, mengikuti manhaj Allah atau menentangnya. Mengikuti syariat Allah atau mengikuti hawa nafsu manusia.
Ini adalah suatu kesalahan. Ini adalah pemisahan antara dua macam sunnah Allah yang pada hakekatnya tidak terpisah. Nilai nilai iman adalah sebagian dari sunnah Allah di alam semestn sama dengan hukum Islam. Dan hasil-hasilnya saling berhubungan dan berkaitan. Tidak ada alasan untuk memisahkannya (sekularisasi) dalam hati dan pikiran seorang mukminin.
Inilah gambaran yang benar yang ditimbulkan oleh al Quran di dalam jiwa ketika jiwa itu hidup di bawah naungan al Quran, Fi Zilaalil Quran. Hal ini ditimbulkan oleh al Quran sebagaimana yang di ceritakannya tentang ahli kitab terdahulu dan penyimpangannya itu pada akibatnya, “Dan, sekiranya Ahli kitab beriman dan bertakwa, tentulah Kami tutup (hapus) kesalahan kesalahan mereka dan tentulah Kami masukkan mereka ke dalam surge surga yang penuh dengan kenikmatan. Dan, sekiranya mereka sungguh sungguh menjalankan (hokum) taurat, Injil dan (al Quran) yang di turunkan kepada mereka dari tuhannya, niscaya meereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah mereka..”(al Maa’idah: 65-66)
Hal itu ditimbulkan oleh al Quran sebagaimana yang ia ceriatakan tentang janji Nabi Nuh kepada kaumnya, “Maka, aku katakana kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Tujanmu sesungguhnya Dia adalan Maha pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak anakmu, dan mengadakan untukmu kebun kebun dan mengadakan (pula didalamnya) untukmu sungai sungai.” (Nuh: 10-12)
Al Quran menimbulkan yang demikaian itu ketika ia mengaitkan antara realitas yang ada di dalam jiwa manusia dan kondisi luaran yang diperbuat Allah terhadap mereka, “…Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah pada mereka sendiri…”(ar Ra’d: 11)
Iman kepada Allah, beribadahh kepadaNya secara istiqamah, dan memberlakukan syariat Nya di muka bumi, semuanya adalah melaksanakan sunnah sunnah Allah. Yaitu, sunnah sunnah yang aktif dan positif, yang bersumber dari semua sunnah kauniyah ‘hukum alam’ ya=ng kita lihat nekasnya yang nyata dengan indra dan pengalamankita.
Akan tetapi, adakalanya kita melihat lambang-lambang lahiriah yang menipu untuk memisahkan sunnah kauniyah, ketika kita melihat orang orang yang Cuma mengikuti hukum alam saja mendapatkkan keberhasilan dengan meninggalkan nilai-nilai iman. Pemisahan ini kadang-kadang tidak tampak hasilnya pada awal mulanya, tetapi secara pasti pada akhirnya menampakkan hasilnya.
Dan, demikian pulalah yang terjadi pada masyarakat Islam sendiri. Langkah naiknya di mulai dari titik pertemuan hukum alam dengan nilai-nilai iman di dalam hidup nya, dan langkah kejatuhannya dimulai dari titik pemisahan antara keduanya. Jadinya, mereka jatuh dan jatuh ketika sudah terbuka lubang pemisahan (sekularisme) hingga mereka sampai ke titik terendah pada waktu mereka telah mengabaikan hukum alam dan nilai iman sekaligus.
Dan, pada bagian lain sekarang sedang bercokol peradaban materiil, bagaikan burung yang terbang dengan sebelah sayap, sementara sayap yang satu nya lumpuh. Karena itu, mereka meningkat dalam kemajuan materiil dengan meninggalkan sisi sisi kemanusiaan dan mereka menderita kegoncangan batin, kebingungan, dan penyakit penyakit jiwa dan saraf sebagaimana orang-orang berakalnya yang berteriak meminta tolong untuk menanggulanginya.
Kalau bukan karena orang-orang yang berpikiran sehat ini niscaya mereka tidak akan terbimbing kepada manhaj Allah, satu-satunya obat dan penawar.
Syariat Allah bagi manusia merupakan salah satu bagian dari undang-undang Nya yang menyeluruh di alam semesta. Maka, palaksanaan syariat ini pasti memiliki dampak positif dalam menyerasikan perjalanan hidup manusia dengan perjalanan alam semesta.
Syariat ini tidak lain adalah buah iman, ia tidak mungkin dapat berjalan sendiri tanpa fondasinya yang besar. Syariat dibuaat untuk memberi saham di dalam membangun masyarakat muslim.
Syariat saling melengkapi dengan konsep Islam yang menyeluruh terhadap wujud yang besar dan eksistensi manusia, serta apa yang ditimbulkan oleh konsepsi ini, yaitu ketakwaan hati, kesucian perasaan, besarnya kemauan, akhlak yang luhur, dan perilaku yang lurus.
Dan tampak pulalah keharmonisan dan keserasian di antara sunnah-sunnah Allah, baik yang kita sebut sebagai hukum alam maupun nilai-nilai iman. Masing-masing adalah bagian dari sunnah Allah yang komplet terhadap alam wujud ini.
Manusia juga termasuk salah satu kekuatan alam dengan kerjanya dan iradahnya, iman dan kesalehannya, ibadah dan aktifitasnya. Dan mereka juga merupakan kekuatan uang memiliki dampak yang positif dalam alam wujud ini, yang berkaitan dengan sunnah Allah yang komprehensif bagi alam ini.
Semuanya bekerja secara teratur dan harmonis, serta menghasilkan buah yang sempurna ketika bertemu dan berpadu. Akan tetapi, ia akan menimbulkan dampak yang merusak dan menggoncangkan, merusak kehidupan, menyebarkan kesengsaraan dan nestapa di antara manusia apabila berpisah dan berbenturan, “yang demikian (siksaan) itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-sekali tidak akan mengubah suatu nikmat yang telah di anugerahkan Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri…” (al Anfaal: 55)
Karena itu, terjadilah hubungan yang erat antara amalan manusia dan perasaannya dengan terjadinya peristiwa peristiwa alam dalam bingkai sunnah Ilahiyah yang meliputi seluruhnya. Dan, tidak ada yang menghabiskan itu untuk merobek-robek hubungan ini dan untuk merusak keharmonisannya, serta tidak ada yang menghalangi antara manusia dan sunnah Allah yang berlaku ini kecuali musuh kemanusiaan yang hendak menjauhkannya dari petunjuk. Dan, sudah seharusnya manusia menyingkirkannya dan menjauhkannya dari jalannya, untuk menuju kepada Tuhannya Yang Maha Mulia.
Demikianlah sebagian dari curahan perasaan saya dalam kehidupan di bawah naungan al Quran. Mudah-mudahan Allah menjadikannya bermanfaat dan memberi petunjuk. Dan, apa yang kamu kehendaki tidak dapat terwujud kecuali jika Allah menghendakinya.
Sayyid Quthb
Daftar Isi Tafsir Fi Zhilalil Qur’an
Berikut daftar isi buku Tafsir Fi Zhilalil Qur’an dari jilid 1-12 lengkap.
Jilid 1 Fi Zilalil Qur’an
Isi Buku 1
PENGANTAR PENERBIT – 5
TAQDIM – 7
MUKADIMAH – 13
Keteraturan, Keserasian,dan Keharmonisan – 15
Kembali kepada Allah, Makna dan Aplikasinya 17
Juz Ke-1: SURAH AL-FAATIHAH DAN BAGIAN PERMULAAN SURAH AI-BAQARAH 23
SURAH AL-FATIHAH Diturunkan di Mekah Jumlah Ayat Tujuh 25
Pendahuluan 33
Seputar Keberadaan Surah Ini dan Surah-Surah Lainnya dalam Al-Qur’an 33
Tema Pokok Surah ini 34
Golongan Muslim, Kafir, dan Munafik 37
Siapalah Setan-Setan Kaum Munafik itu? 38
Membangun Jamaah Islamiah dan Mempersiapkannya untuk Mengemban Amanat Akidah 40
Pengantar 45
Keunikan Al-Qur’an – 46
Ciri-Ciri Golongan Muttaqin 47
Golongan Kafirin – 50
Golongan Munafik – 50
Seruan Umum kepada Semua Manusia – 56
Tantangan terhadap Orang-Orang yang Meragukan Kebenaran Risalah Islam – 58
Kenikmatan Surgawi Orang-Orang Beriman – 59
Urgensi Perumpamaan yang Dibuat oleh Allah – 60
Kehidupan dan Kematian serta Kenikmatan yang Diberikan Allah kepada Manusia – 63
Metode Penceritaan dalam Al-Qur’an dan Urgensinya 66
Kisah Nabi Adam dan Pelajaran Penting Darinya – 66
Esensi Cerita 70
Kisah Petualangan Bani Israel – 76
Selayang Pandang 76
Beberapa Peringatan dan Pengarahan kepada Bani Israel – 79
Pertanggungjawaban Individu – 83
Beberapa Macam Nikmat yang Diberikan Kepada Bani Israel – 84
Menyembah Patung Anak Sapi – 85
Beberapa Pembangkangan Bani Israel Iagi – 86
Seruan Masuk Islam bagi Pemeluk Agama -90
Kembali kepada Bani Israel – 91
Kisah Sapi Betina (al-Baqarah) – 92
Pendahuluan 100
Sulitnya Mengharapkan Keimanan Kaum Yahudi pada Masa Nabi saw. 102
Bani Israel Mengingkari Janjinya kepada Allah 105
Sikap Bani Israel (Yahudi) Terhadap Para Rasul dan Kitab-Kitab yang Diturunkan Allah – 107
Sikap Kaum Yahudi (Bani Israel) terhadap Risalah dan Nabi yang Baru 108
Kebiadaban Kaum Yahudi yang Luar Biasa Lagi – 113
Kefasikan Menyebabkan Bani Israel Mengingkari Al-Qur’an – 114
Setelah Itu Apa Lagi? 116
Sihir, Telepati, Magnetisme, Harut dan Marut 118
Pengantar 121
Ketidaksopanan Kaum Yahudi terhadap Nabi dan Rencana Jahat Mereka 122
Mematahkan Anggapan Bohong Ahli Kitab – 126
Melarang Menyebut Nama Allah di Masjid-Masjid dan Berusaha Merobohkannya – 127
Kesesatan Persepsi Mereka tentang Hakikat Uluhiah – 128
Tugas Rasul dan Ketidaksenangan Ahli Kitab kepada Beliau 131
Pengantar
Nabi Ibrahim a.s., Ujiannya, Kepemimpinannya, dan Perhatiannya terhadap Agama, Umat, dan Negerinya 136
Wasiat Nabi Ya’qub a.s. kepada Putra-Putranya 141
Jangan Hanya Mengandalkan Kebaikan dan Perjuangan Nenek Moyang, Tetapi Berbuatlah untuk Dirimu Sendiri 142
Menjawab Tantangan 143
Juz Ke-2: BAGIAN PERTENGAHAN SURAH ALBAQARAH 147
BAGIAN PERTENGAHAN SURAH AL-BAQARAH JUMLAH AYAT: 111 (142-252) 149
Pengantar – 149
Pendahuluan – 152
Pemindahan Kiblat dan Reaksi Orang-Orang yang Bodoh – 157
Umat Islam sebagai Ummatan Wasathan ‘Pertengahan’ – 158
Kembali kepada Masalah Pemindahan Kiblat 159
Diutusnya Nabi Muhammad saw. sebagai Perwujudan Doa Nabi Ibrahim a.s – 166
Ingatlah kepada-Ku Niscaya Kuingat Kamu – 168
Perjuangan dan Kesabaran – 170
Khatimah 174
Pengantar 177
Manasik Haji 178
Laknat terhadap Orang-Orang yang Menyembunyikan Ayat-Ayat Allah dan Orang-Orang Kafir 179
Tauhid, Syirik, dan Taklid 180
Makanan yang Halal dan Haram 183
Sikap Kaum Yahudi Mengenai Masalah Halal dan Haram – 187
Pokok-Pokok Kebajikan – 188
Pengantar – 193
Hukum Qishash – 194
Hukum-Hukum Wasiat – 197
Hukum-Hukum Puasa – 198
Jangan Mengambil Hak Orang Lain Secara Batil – 210
Pendahuluan 212
Bulan Sabit dan Arti Pentingnya bagi Kehidupan Manusia 215
Etika Perang dan Dananya 219
Haji dan Umrah 228
Berdagang dan Berusaha pada Musim Haji 234
Dua Golongan Manusia 238
Arahan Akhir 240
Pengantar 242
Tipe Orang Munafik 243
Masuklah ke Dalam Islam Secara Total 245
Akibat Keengganan Masuk Islam dan Mengikuti Langkah Setan 252
Sikap Orang-Orang Kafir terhadap Orang-Orang Mukmin 254
Perselisihan Antarmanusia 255
Apakah Kamu akan Masuk Surga? 259
Pengantar 261
Infak, Sasarannya, dan Jenis Barang yang Diinfakkan 262
Yang Disukai Belum Tentu Baik, dan Yang Dibenci Belum Tentu Jelek 265
Beberapa Petunjuk dan Pengajaran bagi Kaum Muslimin dalam Persoalan Perang 267
Minuman Keras dan Judi 271
Apakah yang Harus Diinfakkan? 274
Tentang Anak-Anak Yatim 275
Pengantar 279
Hukum Perwakinan dengan Orang Non-Islam 284
Hukum Mencampuri Wanita pada Waktu Haid 287
Hukum Iila’ 288
Talak dan Permasalahannya 291
Bilangan Talak 293
Masalah Penyusuan Anak Setelah Terjadinya Talak 301
Iddah Wanita karena Kematian Suami, Lamaran Setelah Habis Iddah, dan Lamaran dengan Sindiran Sebelum Habis Iddah – 302
Hukum Wanita yang Ditalak Sebelum Dicampuri – 304
Menegakkan Shalat Terutama Shalat Wusthaa – 306
Hak Istri yang KEmatian Suami dan yang Ditalak 307
Pengantar 310
Orang-Orang yang Hendak Pergi Menjauhi Kematian 313
Sebuah Kisah Bani Israel SEsudah Zaman Nabi Musa a.s. 315
Thalut, Kapabilitas, dan Profesionalis Pemimpin, dan Kisahnya – 317
Khatimah – 322
Juz Ke-III: BAGIAN AKHIR SURAH AL-BAQARAH 323
BAGIAN AKHIR SURAH AL-BAQARAH 325
Pendahuluan 325
Pengantar 328
Rasul-Rasul Itu 332
Ayat Kursi dan Kandungan Maknanya 336
Tidak Ada Paksaan Untuk Memeluk Islam 342
Kebebasan Beragama dan Kewajiban Jihad dalam Islam 345
Menghidupkan Kembali Orang-Orang yang Telah Mati 349
Pengantar 357
Infak, Pahalanya, Etikanya, dan Gangguan-Gangguannya 360
Jenis Barang yang Disedekahkan dan Cara Bersedekah 365
Khatimah 371
Pengantar Kecaman Keras terhadap Pemakan Riba 379
Zakat sebagai Antitesis Riba 384
Tinggalkan Riba atau Perang Melawan Allah dan Rasul-Nya 386
Tenggang Rasa kepada Pengutan yang Sedang Kesulitan 388
Pengantar 397
Tata Aturan Mengenai Utang-Piutang dan Jual Beli 391
Pengantar 397
Potret Kehidupan Orang-Orang Beriman 398
BIOGRAFI ASY-SYAHID SAYYID QUTHB 406
Jilid 2 Fi Zilalil Qur’an
PENGANTAR PENERBIT – 5
Lanjutan Juz Ke-3: BAGIAN PERMULAAN SURAH ALI IMRAN 11 -11
SURAH ALI IMRAN Diturunkan di Madinah Jumlah Ayat: 200 -13
Pendahuluan -13
Peta Umum Kehidupan Periode Madinah -14
Sikap Kaum Ahli Kitab terhadap Kaum Muslimin -18
Tiga Langkah Penting -22
Pengantar -28
Dimensi Tauhid -31
Harta dan Anak-Anak tidak akan Dapat Menyelamatkan Orang-Orang Kafir dari Siksa Allah -39
Kecenderungan Pria kepada Wanita dan Sebaliknya, Serta Kecenderungan kepada Anak-Anak dan Harta Benda -41
Ikrar Tauhid -45
Dinul Islam -48
Keteperdayaan Kaum Ahli Kitab -51
Allah adalah Raja Diraja -53
Ikutilah Aku Jika Kamu Cinta kepada Allah -57
Pengantar -61
Kisah Keluarga Imran -63
Kelahiran dan Kehidupan Nabi Isa a.s. -69
Tantangan Bermubahalah terhadap Orang-Ornag Nonmuslim -78
Pengantar -85
Nabi Ibrahim a.s. -87
Ambisi Ahli Kitab untuk Menyesatkan Kaum Muslimin -90
Kelancangan Ahli Kitab terhadap Allah -93
Melakukan Penyesatan dengan Memutarbalikkan Kitab Allah -95
Tidak Mengikuti Rasul Terakhir Berarti Mengingkari Janji Allah -97
Makna dan Hakikat Islam -100
Menginfakkan Sesuatu yang Dicintai untuk Mendapatkan Kebajikan yang Sempurna -102
Juz Ke-4: BAGIAN AKHIR SURAH ALI IMRAN DAN BAGIAN PERMULAAN SURAH AN-NISAA’ 105
Bagian Akhir Surah Ali Imran 107
Pendahuluan 107
Pengantar 110
Konfirmasi 112
Masalah Kiblat dan Konsekuensi Orang yang Mengaku Pengikut Nabi Ibrahim a.s. 113
Damparatan kepada Ahli Kitab 116
Iman dan Persaudaraan serta Trik-Trik Kaum Yahudi untuk Merusak Barisan Umat Islam – 121
Dakwah, Amar Ma’ruf Nahi Munkar, dan Perlunya Kekuasaan untuk Menegakkannya – 123
Khairu Ummah dan Aneka Macam Keadaan Ahli Kitab 126
Jangan Menjadikan Golongan Nonnmuslim sebagai Teman Setia 113
Pengantar – 142
Peristiwa-Peristiwa Perang Uhud menurut Pemapanm Beberapa Riwayat – 145
Beberapa Peristiwa yang Mengesankan – 149
Pemandangan Pertama dan Pelajaran yang Dikandungnya – 153
Urgensi Pengisahan Perang Badar di Celah-Celah Pemaparan Perang Uhud – 155
Beberapa Pengarahan (Pesan-Pesan Moral) Berkenaan dengan Medan Perang Besar – 159
Esensi Perang Uhud – 165
Beberapa Hakikat Tashawwur Islami yang Besar – 173
Beberapl Peringatan Penting bagi Kaum Mukminin dalam Bergaul dengan Orang-Orang Kafir dan dalam Menghadapi Peperangan – 178
Kepribadian Rasulullah saw. dan Penataan Kehidupan Kaum Muslimin – 191
Lemah-lembut, Pemaaf, Musyawarah, dan Tawakal – 192
Korupsi dan Risikonya di Akhirat Nanti – 196
Diutusnya Rasulullah saw. sebagai Karunia Besar bagi Kaum Mukminin – 199
Hubungan Antara Kemenangan dan Iman dalam Hati Beserta Konsekuensinya – 207
Kehidupan Orang yang Mati Syahid di Sisi Allah – 212
Jati Diri Orang-Orang yang Menggirangkan Hati Para Syuhada – 214
Jangan Bersedih atas Ulah Orang-Orang Kafir dan Diberikannya Kesempatan yang Panjang bagi Mereka 218
Beberapa Pelajaran Penting 223
Pengantar – 232
Kebohongan dan Kebiadaban Kaum Yahudi 234
Setiap yang Berjiwa Pasti akan Merasakan Kematian 237
Pengkhianatan dan Kecurangan Ahli Kitab 240
Pengantar – 243
Sifat-Sifat Ulul-Albab 244
Ahli Kitab yang Beriman 251
Sabar, Tabah, Siap Siaga dan Takwa kepada Allah sebagai Syarat Keberuntungan – 252
SURAH AN NISAA’ Diturunkan di Madinan Jumlah Ayat: 176 255
Pendahuluan 255
Perseteruan antara Manhaj Islam dan Manhaj Jahiliah – 258
Makna Din, Batasan Iman, Syariat Islam, dan Hubungannya dengan Semua Aturan dan Syariat yang Mengatur Kehidupan 261
Beberapa Pengarahan dalam Surah Ini – 261
Berjihad dengan Jiwa dan Harta 262
Aneka Macam Serangan terhadap Kaum Muslimin 264
Pencerahan 265
Prinsip-Prinsip Akhlak yang Luhur 265
Pengantar 269
Kesatuan Manusia 269
Perhatian terhadap Kaum Lemah, Anak Yatim, dan Wanita 273
Poligami dan Monogami dalam Pernikahan 274
Maskawin 282
Tata Cara Memelihara Harta Anak Yatim 283
Sistem Kewarisan 284
Kasih Sayang Kepada Anak-Anak Yatim yang Lemah 286
Sistematika Pembagian Warisan 288
Jangan Melanggar Ketentuan Allah 295
Pengantar 298
Hukuman bagi Wanita dan Lelaki yang Melakukan Perbuatan Keji 299
Sifat dan Hakikat Tobat 304
Sistem Pernikahan yang Mengangkat Harkat Wanita 305
Wanita-Wanita yang Haram Dinikahi 309
Ulasan tentang Mahram 312
Juz Ke-5: BAGIAN PERTENGAHAN SURAH AN-NISAA’ 315
BAGIAN PERTENGAHAN SURAH AN-NISAA’ 317
Mukadimah 317
Pengantar 321
Tuntunan Berkeluarga 322
Bila tidak Mampu Nikah dengan Wanita Merdeka 329
Apa yang Dikehendaki Allah dan Apa yang Dikehendaki Orang-Orang yang Mengikuti Hawa Nafsunya 333
Kebijaksanaan Allah terhadap Manusia yang Lemah 335
Hubungan Harta Kekayaan dalam Masyarakat Muslim 340
Jangan Iri Hati Kepada Orang Lain (Laki-Laki dan Wanita dalam Pandangan Islam) 345
Seputar Masalah Kewarisan 350
Pembagian Tugas Anggota Keluarga (Laki-Laki sebagia Pemimpin) – 352
Ketika Terjadi Nusyuz, Bagaimana Pemecahannya? 357
Mendatangkan Juru Damai 360
Pengantar 362
Tata Keidupan Bermasyarakat Berlandaskan Tauhid 363
Shalat, Thaharah Batiniah dan Thaharah Lahiriah 368
Hikmah Shalat dan Thaharah Termasuk Tayamum 375
Pengantar 378
Aneka Macam Tindakan Ahli Kitab 380
Seruah kepada Ahli Kitab dan Bahaya Syirik 383
Menganggap Dirinya Suci 386
Melecehkan Kaum Muslimin 387
Andaikata Kaum Yahudi Berkuasa 390
Pembalasan bagi Orang-Orang Kafir dan Orang-Orang Mukmin di Akhirat 391
Pengantar 393
Tunaikan Amanat dan Tegakkan Hukum dengan Adil 396
Taat kepada Allah, Rasul, dan Ulil Amri sebagai Tolok Ukur Pelaksanaan Amanat 398
Sebuah Kontradiksi, antara Pengakuan Beriman dan Keinginan Bertahkim kepada Thaghut 401
Manhaj Allah itu Mudah dan Lapang 406
Jalan untuk Dapat Berteman dengan Para Nabi, Shiddiqin, Syuhada, dan Shalihin di Akhirat 408
Jilid 3 Fi Zilalil Qur’an
PENGANTAR PENERBIT -5
Lanjutan Juz Ke-5: LANJUTAN PERTENGAHAN SURAH AN-NISAA’ -11
LANJUTAN PERTENGAHAN SURAH AN-NISAA’ -13
Pengantar 15
Strategi Perang 18
Menang atau Mati Syahid 21
Berjuang Fi Sabilillah dan Membela Kaum Tertindas 22
Jalan Allah dan Jalan Thaghut 23
Meluruskan Kesalahan Paurdangan terhadap Kematian dan Kehidupan, Ajal dan Takdir, Kebaikan dan Keburukan, Kemanfaatan dan Kemudharatan 24
Qadha’ dan Qadar, Jabr dan Ikhtiyar 33
Menyikapi Golongan Munafik di dalam Barisan Islam, dzur FungsiAkal terhadap Syariat – 35
Mengembalikan Persoalan kepada Rasul dan UIii Amri -38
Perintah Perang kepada Individu dan Masyarakat 40
Memberikan Bantuan dan Membalas Penghonnatan (Salam) 40
Pengantar -43
Tauhid sebagai Fondasi -44
Mengapa Kamu Terpecah Menjadi Dua Faksi daiam Menyikapi Kaum Munafik -45
Hubungan dengan Orang-Orang yang Berada daiam Perlindungan Suatu kaum yang Mengadakan Perjanjian Damai dengan Kaum Muslimin 49
Golongan yang Mencari Enaknya Sendiri dan Membahayakan Kaum Muslimin 49
Hubungan Antarsesama Mukmin, Pembunuhan Tanpa Sengaja, dan Fembunuhan dengan Sengaja 51
Pengantar 56
Kelebihan Orang yang Berjihad Dibandingkan dengan yang Tidak Berjihad -58
Orang-Orang yang Tidak Mau Berhijrah dari Darul Kufr -61
Janji Allah kepada Orang yang Berhijrah -63
Shalat Khauf dan Urgensinya – 64
Mereka Menderita seperti Kamu, sedang Kamu Mcngharapkan kepada Allah Apa yang Iidak Mereka Harapkan 68
Pengantar 70
Keadilan Islam adalah Keadilan Universal -73
Tanggung Jawab Pribadi, Dosa Warisan. dan Melemparkan Tuduhan kepada Orang yang Tidak Bersalah -74
Karunia Allah dan Rahmat-Nya -75
Pengantar 77
Bisik-Bisik 78
Bahaya Menentang Rasul dan Mengikuti Jalan Nonmuslim 79
Menyembah Setan 80
Kaidah Amalan dan Balasan 82
Pengantar – 86
Perhatian Islam terhadap Wanita dan Golongan Lemah -87
Perselisihan dalam Rumah T[ngga dan Pemecahannya -90
Kaidah-Kaidah Kebenaran, Keadilan, dan Ketakwaan – 93
Pengantar
Menegakkan Keadilan terhadap Semua Orang 98
Iman dan Kufur 101
Nifak dan Kaum Munafik 102
Karakteristik Kaum Munafik 103
Jangan Menjadikan Orang Kafir sebagai Wali 109
Untuk Apa Allah Menyiksa Manusia kalau Mereka Beriman dan Bersyukur? 110
Khatimah 11
Juz Ke6: BAGIAN AKHIR SURAH AN-NISAA DAN PERMULAAN SURAH ALMAA’IDAH 113
BAGIAN AKHIR SURAH AN-NISAA’ 115
Pendahuluan 115
Larangan Menyuarakan Keburukan 120
Perbedaan Sikap Kaum Yahudi dan Kaum Nasrani dengan Kaum Muslimin terhadap Rasul-Rasul Allah Beserta Akibat Masing-masing 122
Beberapa Materi Penentangan Ahli Kitab Kepada Rasul 124
Minoritas Yahudi yang Beriman, Suatu Pengecualian 130
Mematahkan Argumentasi Ahli Kitab yang Hendak Mengingkari Kerasulan Nabi Muhammad saw 131
Apa Fungsi Akal? 133
Tanggung Jawab Menyampaikan dan Menunaikan Risalah Islamiah 136
Cerminan Keadilan dan Kasih Sayang Allah kepada Manusia 137
Kesaksian Allah dan Malaikat terhadap Kebenaran Risalah dan Kekeliruan Orang yang Menentangnya 140
Seruan Kepada Segenap Manusia 141
Pengantar 143
Trinitas, Kepercayaan yang Melampaui Batas Kebenaran 144
Uluhiyyah Al Khaliq dan Ubudiyah Makhluk 146
Seruan Umum kepada Semua Manusia 150
SURAH AL-MAAIDAH Diturunkan di Madinah Jumlah Ayat: 120
Pendahuluan 155
Penuhilah Akad-Akad (Transaksi) Itu 162
Binatang-Binatang yang Haram Dimakan 168
Kesempurnaan dan Kenikmatan Islam, dan Sikap Mukmin Terhadapnya 170
Apa Saja yang Dihalalkan bagi Orang-Orang Mukmin? 175
Thaharah dan Shalat 178
Sikap Adil dan Objektif 182
Balasan bagi Orang-Orang Mukmin dan Orang-Orang Kafir 184
Pengantar 187
Perjinjian Allah terhadap Bani Israel 188
Seruan Umum Kepada Ahli Kitab 192
lsa al-Masih dan Inkarnasi 196
Mematahkan Argumentasi Ahli Kitab 200
Ketidaksopanan Kaum Bani Israel Kepada Allah dan Nabi Mereka 200
Pengantar
Kisah Pembunuhan Manusia dan Pelajaran yang Dikandungnya 209
Hukuman bagi Pelaku Tindak Pidana Hirabah (Kaum Bughat) dan Pembuat Kerusakan 213
Keberuntungan Orang yang Bertakwa dan Derita Orang yang Kafir 216
Hukuman Tindak Pidana Pencurian 218
Pengantar 225
Jangan Sedih Memikirkan Sikap Orang Kafir 229
Hukum Orang yang tidak Memutuskan Perkara dengan Apa yang Diturunkan Allah 234
- Hukum Taurat 234
- Kitab Injil 240
- Kitab dan Syariat Terakhir 241
Pengantar 247
Jangan Menjadikan Kaum Yahudi dan Nasrani sebagai Pemimpin 249
Ancaman bagi Orang yang Murtad 258
Larangan Menjadikan Orang yang Membuat Agama Sebagai Bahan Ejekan dan Permainan Sebagai Pemimpin 264
Akidah adalah Titik Pusat Pemicu Kebencian Musuh Islam terhadap Islam dan Kaum Muslimin 265
Andai kata Ahli Kitab Beriman dan Bertakwa, serta Menjalankan Hukum Taurat, Injil, dan Al-Qur’an 273
Pengantar 281
Tugas Rasul di Dalam Menghadapi Ahli Kitab – 282
Kewajiban Orang-Orang Yahudi, Shabiin, Nasrani, dan Siapa Saja untuk Beriman kepada Agama dan Rasul Terakhir 286
Kebrutalan Bani Israel terhadap Rasul-Rasul Allah 287
Inkarnasi dan Trinitas 289
Kaum Kafir Bani Israel Dikutuk Melalui Lisan Nabi Dawud dan Nabi Isa 293
Karakteristik Kaum Yahudi 298
JuzKe.7: BAGIAN AKHIR SURAH AL-MAAIDAH DAN BAGIAN PERMULAAN SURAH AL-AN’AAM 301
BAGTAN AKHIR SURAH AL-MAA’IDAH 303
Pendahuluan 303
Sikap Kaum Yahudi, Kaum Musyrikin, dan Kaum Nasrani terhadap Kzum Muslimin 305
Apakah Semua Orang Nasrani Merupakan Orang-Orang yang Paling Dekat Persahabatannya dengan Kaum Muslimin? – 308
Pengantar 317
Jangan Mengharamkan Apa yang Dihalalkan Allah 318
Minuman Keras dan Judi 322
Berburu PadaWaktu Ihram dan Hal-Hal yang Berkaitan dengannya 329
Ukuran Kebaikan dan Keburukan 335
Jangan Bertanya yang Bukan-Bukan 336
Mengada-adakan Sesaji dan Sebagainya kepada Berhala dan Lain-Lainnya untuk Mendekatkan Diri kepada Allah 341
Tanggung Jawab Orang Muslim untuk Melakukan Amar Ma’ruf Nahi Munkar 344
Persaksian terhadap Wasiat 346
Ketika Allah Mengumpulkan Para Rasul 350
Beberapa Mukjizat Nabi Isa Alaihissalam 351
Kaum Hawari Meminta Hidangan dari Langit 352
Nabi Isa Tidak Pernah Menyuruh Kaumnya Mepertuhankan Dirinya dan Ibunya – 355
Langit dan Bumi dengan Segala Isinya Kepunyaan Allah 357
SURAH AL-AN’AAM Diturunkan di Mekah Jumlah Ayat: 165 359
Pendahuluan 359
Keharusan bagi Juru Dakwah untuk Komitmen pada Jalan Ini 363
Manhaj Al-Qur’an Makki dalam Membenahi Akidah 365
Keistimewaan Surah Ini 368
Surah Ini Surah Makkiyah 373
Tema Surah dan Jati Dirinya 375
Sistematika Kandungan Surah Ini 379
Jilid 4 Fi Zilalil Qur’an
PENGANTAR PENERBIT 5
Lanjutan Juz Ke-7: PERMULAAN SURAH AL-AN’AAM 11
PERMULAAN SURAH AL-AN’AAM 13
Tiga Sentuhan Agung 13
Keesaan (Wihdaniyyah) Allah 15
Tipu Daya Zionis dan Salibis 15
Keberadaan dan Ketiadaan 18
Pengantar 20
Alasan Kekafiran Kaum Musyrikin dan Ancaman terhadap Mereka 21
Deskripsi Kekeraskepalaan Kaum Musyrikin 24
Nasib Buruk untuk Para Pendusta Agama 32
Pengantar 35
Allah Maha Memiliki 36
Rahmat Allah Mendahului Kemarahan-Nya 36
Menjadikan Allah Sebagai Pelindung 42
Penolakan Rasulullah terhadap Kemusyrikan 45
Masalah Loyalitas, Tauhid, dan Menolak Kemusyrikan 46
Pengantar 50
Ahli Kitab Mengenal Rasulullah seperti Mengenal Anak Mereka Sendiri 51
Sepak Terjang Kaum Musyrikin dan Penyesalan di Akhirat 53
Kontradiksi Sikap Kaum Musyrikin 56
Keluasan dan Kedalaman Tashawwur Islami 60
Pengantar 66
Allah Membesarkan Hati Rasulullah 67
Kehendak Allah tentang Hidayah 71
Kaum Musyrikin Meminta Diturunkan Mukjizat 74
Ibrah bagi Para Dai 76
Pengantar 82
Fitrah Manusia terhadap Akidah dan Siksa 82
Sebab dan Akibat Mendapat Siksa Allah 85
Kelemahan Manusia di Hadapan Azab Allah 89
Nasib Akhir Orang-Orans Zalim 90
Pengantar 92
Hakikat Rasul dan Tugasnya 93
Perenungan 103
Penjelasan tentang Ayat-Ayat Allah 105
Pengantara 109
Perintah dan Hukum Adalah Milik Allah 110
Kunci-Kunci Kegaiban dan Lingkup Ilmu Allah 113
Tunduknya Manusia kepada Takdir Allah di Dunia dan Akhirat 124
Mahakuasa Allah atas Hamba-Hamba-Nya 125
Kembalinya Manusia kepada Allah Saat Mengalami Kesulitan 127
Ketidakmampuan Manusia untuk Menolak Azab dan Siksaan Allah 128
Pengantar 130
Memisahkan Diri dari Orang-Orang Kafir 131
Perintah untuk Memisahkan Diri dari Mereka yang Mempermainkan Ayat-Ayat Allah 131
Pengantar 136
Kebingungan Para Pengikut Setan dan Beberapa Hakikat Akidah 136
Pengantar 143
Nabi Ibrahim Memberikan Bukti Keesaan Allah dan Membantah Ketuhanan Selain-Nya -145
Keteguhan Ibrahim Memegang Kebenaran dan Pujian Allah bagi Dirinya 148
Kafilah Para Nabi yang Diberkahi dan Perintah Meneladani Mereka 151
Bantahan bagi Para Pengingkar Kenabian dan Penetapan Risalah Islam 153
Panorama Kesedihan Orang-Orang Zalim Ketika Sekarat dan Pembangkitan 158
Pengantar 162
Tetumbuhan dan Semesta Menunjukkan Keesaan Allah 165
Pembuktian Keesaan Allah Melalui Planet-Planet 170
Berdalil dengan Jiwa Manusia atas Keesaan A11ah – 171
Berdalil dengan Dunia Tumbuhan Atas Keesaan Allah – 172
Bantahan terhadap Klaim Kemusyrikan – 173
Pengenalan terhadap Allah, Sang Khaliq – 175
Allah Melihat Segala Penglihatan dan Al-Qur’an Adalah Cahaya Penerang – 179
Arahan-Arahan bagi Rasulullah Seputar Dakwah – 180
Permintaan Kaum Musyrikin untuk Didatangkan Mukjizat 183
Juz Ke-8: BAGIAN AKHIR SURAH AI-AN’AAM DAN PERMULAAN – 185
Bagian Akhir Surah al-An’aam 187
Tiga Hakikat 187
Musuh Para Nabi Adalah Setan Jenis Manusia dan Jin – 190
Pengantar 195
Penjelasan Hak Haakimiah dalam Masalah Penghalalan dan Pengharaman – 196
Hewan Sembelihan Antara Syariat Rabbani dan Hukum Jahili 200
Islam dan Kekafiran 203
Jalan Rabbani 210
Pengantar 211
Kerugian Setan-Setan Manusia dan Jin pada Hari Kiamat 212
Hukum Allah dalam Memberikan Pahala dan Siksa 215
Allah Tidak Memerlukan Semua Makhluk-Nya, dan Takdir-Nya Pasti Berlaku bagi Mereka 216
Pendahuluan 221
Model-Model yang Tertolak 226
Nikmat Allah dalam Hasil Ternak dan Pertanian 232
Pendustaan bagi Orang-Orang Jahiliah atas Aturan Hukum Mereka 234
Contoh-Contoh Syariat Ilahi dalam Hal Apa yang Diharamkan 235
Bantahan atas Orang-Orang Musyrik tentang Dusta Mereka atas Nama Allah 237
Orang-Orang Kafir Menimpa Persaksian Allah atas Hukum-Hukum Mereka 239
Sepuluh Wasiat dan Jalan Allah yang Lurus 240
Pendahuluan 248
Kesatuan Risalah, Hikmahnya, dan Datangnya Kiamat 250
Celaan terhadap Pengikut Pelbagai Aliran karena Keterpecahan Mereka dan Dasar dalam Penghitungan Amal Perbuatan 253
Penutup Surah dan Penyerahan Diri kepada Allah 254
Penutup Tafsir Surah al-An’aam 256
Surah Al-A’raaf Diturunkan di Mekah Jumlah Ayat: 206 -259
Manhaj Surah Ini dalam Membenahi Akidah 261
Penetapan Hakikat Uluhiyyah dan Hakikat Rububiyyah 265
Penampilan Kisah dan Hikmahnya 266
Karakteristik dan Hakikat Risalah Terakhir 269
Perjanjian Primordial 269
Masalah Akidah dan Penangkapan Kesan Pemandangan Semesta 270
Berpalingnya Jiwa Manusia dari Tauhid dan Tantangan Kepada Sembahan-Sembahan selain Allah 271
Alif Laam Miim Shaad 272
Jangan Sesak Napas dalam Menjalankan Tugas 272
Ikuti Al Qur’an dan Jangan Mengikuti Pimpinan Lain 277
Puing-Puing Kehancuran Kaum yang Mendustakan Agama Allah dan Tempat Kembali Mereka di Akhirat Nanti 278
Perjalanan Besar 281
Keunikan Manusia dan Manipulasi Iblis 287
Beberapa Hakikat dalam Kisah Perjalanan Manusia 291
Pengantar 298
Pakaian Fisik dan Pakaian Jiwa 299
Busana dalam Ibadah, Makanan Minum Secukupnya, Berhias, dan Menjauhi Segala Sesuatu yang Diharamkan Allah 304
Janji Allah kepada Manusia dan Persyaratan Kekhalifahan 312
Ajal, Sakaratul-Maut, Surga, dan Neraka 312
Kondisi Orang yang Mendustakan Ayat-Ayat Allah ketika Menjelang Ajal 314
Pemandangan Saat Mereka Dimasukkan ke Neraka 315
Kondisi Orang-Orang yang Beriman dan Beramal Saleh 316
Ashabul A’raaf, Penghuni Tempat Tertinggi di antara Surga dan Neraka 319
Pengantar 322
Akidah tentang Tuhan dan Fenomena Alam Semesta 323
Berdoa dengan Merendahkan Diri dan Suara Lembut 325
Di Antara Tanda Kekuasaan Allah 326
Gambaran Hai yang Baik dan yang Buruk 327
Pengantar 331
Sentuhan Kisah Para Rasul 336
Nabi Shaleh dan Kaum Tsamud 342
Nabi Luth dan Kaumnya 345
Nabi Syu’aib dan Penduduk Madyan 348
Juz Ke-9: BAGIAN AKHIR SURAH AL-A’RAAF DAN PERMULAAN SURAH AL-ANFAAL 357
Bagian Akhir Surah Al-A’raaf 359
Pendahuluan 359
Pengantara 371
Sunnah Allah terhadap Kehidupan Bangsa yang Durhaka dan Bertakwa 372
Seandainya Penduduk Suatu Negeri Benar-Benar Bertakwa, Niscaya akan Dibukakan Pintu Berkah dari Langit dan Bumi 374
Siksaan Allah Dapat Datang Sewaktu-waktu 376
Melanggar Perjanjian dengan Tuhan 379
Pengantar 382
Perhatikanlah Akibat Orang-Orang yang Membuat Kerusakan 383
Musa Berhadapan dengan Fir’aun 384
Pertandingan Mukjizat Melawan Sihir, Kebenaran Melawan Kebatilan dan Pemelintiran Fir’aun terhadap Kebenaran 388
Beberapa Pelajaran Penting dari Kisah Ini 392
Perundingan Rahasia Untuk Melakukan Tindakan Yang Jahat 393
Pengarahan Musa kepada Kaumnya untuk Tabah dan Bersabar 395
Hukuman Allah terhadap Tindak Kezaliman dan Kesewenang-wenangan 397
Jilid 5 Fi Zilalil Qur’an
PENGANTAR PENERBIT -5
Lanjutan Juz Ke-9: BAGIAN AKHIR SURAH AL-ARAAF DAN PERMULAAN SURAH AL-ANFAAL -11
LANJUTAN BAGIAN AKHIR SURAH AL-A’RAAF -13
Pengantar -17
Bani Israel Meminta Dibuatkan Berhala untuk Disembah -19
Persiapan Menghadapi Tugas yang Besar -21
Kedekatan Hubungan Musa dengan Tuhan dan Keinginannya untuk Melihat-Nya -22
Kaum Musa Menyembah Patung Anak Sapi -28
Musa Marah kepada Kaumnya dan Harun -29
Ketika Kemarahan Musa Reda -31
Musa Bersama Tujuh Puluh Orang dari Kaumnya -32
Islam Sebagai Rahmat yang Meliputi Segala Sesuatu -34
Sisipan: Informasi Dini tentang Dakwah Rasulullah -35
Bani Israel Memutar Lidah -38
Bani Israel Melakukan Helah (Akal-Akalan) -39
Ujian dengan Kebaikan dan Kejelekan -44
Diangkatnya Bukit di Atas Mereka -47
Pengantar -50
Perjanjian Fitrah -51
Potret Orang yang Meninggalkan Ayat-Ayat Allah Demi Memperturutkan Hawa Nafsu -56
Manusia Binatang -62
Jangan Menghiraukan Orang yang Menyeleweng -63
Dua Golongan Manusia -64
Ajakan untuk Melakukan Perenungan -66
Kapankah Hari Kiamat Akan Tiba? -70
Penyimpangan Akidah -73
Tantangan kepada Kaum Musyrikin dan Berhala-Berhala Mereka -79
Pengantar -82
Akhlak Dakwah dan Godaan Setan -83
Sikap Orang Jahil terhadap Dakwah Islam -85
Berzikir kepada Allah dan Adabnya -91
PERMULAAN SURAH AL-ANFAAL Diturunkan di Madinah Jumlah Ayat: 75
Pendahuluan -95
Perang Badar Kubra dan Karakteristik Jihad dalam Islam -97
Kekeliruan di dalam Memahami Pengertian Jihad dalam Islam -100
Karakteristik Jihad Islam dan Karakteristik Agama Islam -112
Hari Perang Badar sebagai Yaumul Furqaan -121
Garis-Garis Besar Pengarahan Surah Ini -133
Kemantapan, Keikhlasan, Persiapan, dan Etika Berperang -135
Penutup -138
Pengantar -143
Harta Rampasan dan Sifat-Sifat Orang Beriman yang Sebenarnya -144
Aneka Macam Sikap Orang yang Turut Berperang -151
Istighatsah dan Suasana Perang Badar -156
Keterlibatan Allah di dalam Peperangan -161
Allahlah yang Membunuh dan Melempar Mereka -165
Sunnah Allah -166
Seburuk-buruk Makhluk dalam Pandangan Allah -169
Memenuhi Panggilan Allah dan Rasul -170
Jihad, Dakwaah, Amar Ma’ruf, dan Nahi Munkar -172
Harta dan Anak Menjadi Fitnah -173
Takwah Sebagai Furqaan -175
Pengantar -177
Tipu Daya Orang-Orang Kafir untuk Memenjarakan, Membunuh, atau Mengusir Nabi -178
Keras Kepalanya Orang-Orang yang Menolak Al-Qur’an 182
Kaum Kafir Menggalang Dana untuk Menghalangi Agama Allah -184
Peringatan Terakhir bagi Kaum Kafir, serta Pengarahan dan Pemberian Semangat kepada Kaum Muslimin -185
Juz Ke-10: BAGIAN AKHIR SURAH AL-ANFAAL DAN PERMULAAN SURAH AT-TAUBAH -189
Bagian Akhir SURAH AL-ANFAAL -191
Pendahuluan -191
Pengantar -194
Pembagian Harta Rampasan Perang -195
Urgensi Ubudiah -198
Perang Badar sebagai Hari Pembeda -199
Peperangan yang Menakjubkan -201
Mantapkan Hati dalam Menghadapi Peperangan -205
Tipu Daya Setan kepada Mereka -209
Sikap Kaum Munafik -211
Campur Tangan Allah -213
Pengantar -218
Kehidupan Kaum Muslimin ketika Pembentukan Daulah Islamiah di Madinah -219
Orang-Orang yang Melanggar Perjanjian -222
Mempersiapkan Sarana dan Kekuatan -225
Pemberian Ketenangan dan Keringanan -231
Masalah Tawanan Perang -233
Iman, Hijrah, dan Jihad (Pengantar) -237
Perjalanan Dakwah Islam -238
Iman, Hijrah, Jihad, Menolong Para Pejuang, Beriman tetapi Tidak Berhijrah, dan Orang-Orang Kafir -241
PERMULAAN SURAH AT-TAUBAH Diturunkan di Madinah Jumlah Ayat: 129 -249
Pendahuluan -249
Awal Mula Harakah Islamiah -257
Tema-Tema Pokok Surah -266
Manhaj Ilahi -271
Pengantar -275
Komentar Sayyid Rasyid Ridha -277
Bantahan terhadap Komentar Muhammad Izzah -279
Dua Permasalahan Hukum -280
Pendapat Sayyid Quthb -282
Ketentuan Mutlak dan Dua Dampak Nyata -282
Maklumat Allah dan Rasul-Nya terhadap Kaum Musyrikin -287
Perselisihan Pendapat tentang Asyhurul Hurum -293
Memberi Suaka terhadap Kaum Musyrikin -295
Perjanjian dengan Orang-Orang Musyrik -296
Kebencian Kaum Musyrikin -299
Sikap Kaum Muslimin terhadap Kaum Musyrikin -300
Tabiat Kaum Musyrikin Sepanjang Masa -301
Penetapan Motivasi Kaum Mukminin -304
Kaum Mukminin yang Berjihad lebih Tinggi Derajatnya -308
Pemurnian Perasaan dan Hubungan -310
Perang Hunain dan Hikmah di Baliknya -312
Larangan Masuk Tanah Haram bagi Kaum Musyrikin -314
Pengantar -316
Sikap Kaum Nonmuslim terhadap Kaum Muslimin -322
Memerangi Musuh -328
Akidah Kaum Yahudi tentang Uzair dan Kaum Nasrani tentang Almasih -331
Mengkultuskan Orang-Orang Alim dan Para Rahib -337
Mereka Hendak Memadamkan Cahaya Agama Allah -339
Memakan Harta Orang lain dengan Cara yang Batil -341
Pengantar -346
Ketetapan Bulan-Bulan di Sisi Allah -348
Pengantar -351
Mengapa Kamu Merasa Keberatan Melakukan Perang -351
Pengantar -360
Sikap Kaum Munafik terhadap Perintah Allah untuk Berperang -360
Niat Busuk Kaum Munafik -363
Infak Kaum Munafik tidak diterima Allah -365
Mengaku-ngaku sebagai Golongan Mukmin -366
Distribusi Zakat dan Sikap Kaum Munafik terhadapnya -367
Menguak Kembali Ucapan dan Tindakan Kaum Munafik -371
Ciri-Ciri Umum Kaum Munafik -374
Sifat-Sifat Umum Kaum Mukminin -377
Berjihad Melawan Orang-Orang Kafir dan Munafik -379
Perkataan dan Tindakan Kaum Munafik Sebelum dan Pada Waktu Perang Berlangsung -381
Sikap Lain Kaum Munafik Terhadap Pemberi Zakat -384
Orang-Orang yang Tidak Turut Perang Tabuk -386
Sikap Kaum Munafik dan Kaum Mukmin terhadap Panggilan Jihad -388
Pembatasan Tanggung Jawab -390
Jilid 6 Fi Zilalil Qur’an
PENGANTAR PENERBIT 5
Juz Ke-l1: LANJUTAN BAGLAN AKHIR SURAH AT-TAUBAH DAN SURAH YUNUS – 11
LANJUTAN BAGIAN AKHIR SURAH AT-TTAUBAH – 13
Pendahuluan – 13
Apologi Orang-Orang Kaya dan Mampu untuk Tidak Turut Berperang – 16
Pengantar – 20
Mentalitas Arab Badui – 21
As-Saabiquun al-Awwaluun – 24
Golongan Munafik Badui dan Madinah – 29
Kaum Muslimin yang Berdosa dan Ajakan kepada Mereka untuk Meraih Ketinggian – 29
Orang-Orang yang Tidak Ikut Perang dan Menunggu Keputusan Hukum Allah – 32
Masjid Dhirar danTindakan Kriminal Orang-orang Munafik – 33
Pengantar – 39
Konsekuensi-Konsekuensi Baiat kepada Allah – 41
Kaum Mukminin tak Memintakan Ampunan bagi Kaum Kafir – 47
Ampunan Allah bagi Kaum Mukminin yang tak Ikut Berperang – 49
Ajakan untuk Bersedekah dan Dorongan untuk Berjihad – 61
Biaya untuk Pergi Berjihad – 63
Strategi Jihad dalam Memerangi Musuh Terdekat lebih Dahulu – 65
Cara Orang Munafik Menerima Ayat-Ayat Allah – 70
Sifat-Sifat Rasul yang Penyayang dan Pengaduan Beliau kepada Allah – 71
Penutup Surah at-Taubah – 72
SURAH YUNUS Diturunkan di Mekah Jumlah Ayat:109 – 75
Pendahuluan – 75
Tema Sentral Surah Yunus – 76
Kesan-Kesanyang Ditimbulkan – 77
Hubungan Surah Ini dengan Surah yang Turun Sebelumnya – 81
Khatimah – 83
Kesatuan Kandungan Surah Ini – 89
Wahyu dan Dasar-Dasar Kebenarannya – 90
Keheranan Orang Kafir dan Misi Pokok Wahyu – 91
Beberapa Fenomena Ilmiah tentang Kekuasaan Allah – 93
Pembalasan terhadap Pengingkaran dan Penerimaan Wahyu – 99
Apa yang Mereka Perbuat? – 104
Sikap dan Perilaku Manusia pada Umumnya dalam Menghadapi Kesenangan dan Kesulitan Hidup – 107
Nilai Kehidupan dan Kenikmatan Dunia – 109
Keadaan Manusia di Padang Mahsyar – 114
Kembali kepada Kehidupan di Sini (Dunia) – 116
Al-Qur’an Sungguh luar Biasa – 121
Menengok Kembali Hari Hasyr – 133
Kapankah Datangnya Azab kepada Mereka? – 134
Al-Qur’an sebagai Pelajaran, Obat Hati Petunjuk, dan Rahmat – 137
Mengharamkan dan Menghalalkan Adalah Wewenang Allah – 140
Perlindungan Allah kepada Wali-Nya – 142
Kemusyrikan Jenis Lain – 145
Pengantar – 150
Kisah Nabi Nuh dan Pelajaran yang Kita Peroleh Darinya – 152
Sekilas tentang Rasul-Rasul Sesudah Nuh – 154
Kisah Nabi Musa dan Beberapa Pelajaran Penting darinya – 154
Sunah Allah Berlaku pada Umat Terdahulu dan Umat Belakangan – 162
Penutup Surah – 168
Juz Ke-12: SURAH HUUD DAN PERMULAAN SURAH YUSUF – 171
SURAH HUUD Diturunkan di Mekah Jumlah Ayat: 123 – 173
Pendahuluan – 173
Sisi Pergerakan dalam Pengarahan Al-Qur’an – 174
Persamaan dan Perbedaan Surah Huud dengan Surah-Surah Makkiah lainnya – 179
Beberapa Hakikat Pokok yang Menjadi Sasaran Surah Huud – 179
Pengantar – 179
Beberapa Hakikat Akidah Asasiah – 187
Tanggapan terhadap Ayat-Ayat yang Diturunkan Allah – 188
Mengenalkan Manusia kepada Tuhannya – 193
Kejahilan sebagai Pemicu Utama Penyimpangan – 195
Iman sebagai Stabilisator Kehidupan – 198
Fenomena Kejahilan: Mensyaratkan Kekayaan bagi Rasul – 198
Menuduh Al-Qur’an Barang Pa1su – 199
Kondisi Orang-Orang yang Mendustakan Al-Qur’an pada Hari Kiamat – 199
Pengantar – 205
Kisah Nabi Nuh dan Pelajaran yang Terkandung di Dalamnya – 211
Kesamaan Kaum Nuh dan Kaum Quraisy – 211
Nabi Nuh Menerima Wahyu dan Perintah A11ah – 217
Nabi Nuh Membuat Bahtera dan Sikap Kaumnya – 218
Ketika Air Bah Telah Datang – 218
Pemandangan yang Menakutkan – 219
Tidak Ada Nepotisme – 220
Akhir Cerita: Tujuan Pemaparan Cerita dalam Surah Ini – 221
Apakah Banjir Itu Terjadi di Seluruh Dunia ataukah di Wilayah Tugas Nabi Nuh Saja – 223
Manakah yang lebih Dahulu: Akidah Tauhid ataukah Politeisme? – 224
Kembali kepada Kisah Nabi Nuh – 228
Hakikat Hubungan dan Ikatan yang Tergambar dalam Percontohan di Atas – 229
Nilai Golongan Muslim (Minoritas) dalam Timbangan Allah – 235
Pengantar – 239
Kisah Nabi Huud Bersama Kaum ‘Aad – 240
Beberapa Pelajaran Penting dalam Kisah Nabi Huud – 246
Kisah Nabi Shaleh dengan Kaum Tsamud – 252
Pelajaran Penting – 256
Pengantar – 258
Sekilas tentang Kisah Nabi Ibrahim – 258
Kisah Nabi Luth dengan Kaumnya – 256
Pengantar – 265
Kisah Nabi Syu’aib dengan Penduduk Madyan – 265
Reaksi Nabi Syu’aib dan Sikap Manusia Sekarang – 268
Sikap Nabi Syu’aib – 269
Nabi Syu’aib Mengambil Sikap Tegas – 271
Nabi Musa dan Fir’aun – 273
Pengantar
Beberapa Pelajaran Penting – 277
Dari Azab Dunia ke Azab Aktrirat – 279
Ditundanya Azab bagi Suatu Kaum yang Kafir, Bukan Berarti bahwa Mereka Itu Benar – 280
Keharusan Istiqamah dalam Dakwaah dan Perjuangan – 282
Kezaliman Pangkal Bencana Sebuah Negara – 284
Catatan Terakhir – 285
Hikmah di Balik Penampilan Kisah-Kisah Ini – 286
Epilog – 287
Penekanan Perintah Beribadah kepada Allah – 287
Makna lbadah yang Sesungguhnya – 288
Garis Pergerakan Akidah Islamiah dalam Sejarah Manusia – 295
Penutup – 299
SURAH YUSUF Diturunkan di Mekah Jumlah Ayat: 111 – 301
Pendahuluan – 301
Karakteristik Para Pelaku Kisah Ini – 304
Persoalan Seks dalam Pandangan Al-Qur’an dan Zionisme – 314
Dimensi dan Nilai Historis Kisah Nabi Yusuf – 315
Nilai Pengungkapan Kisah Ini bagi Harakah Islamiah – 318
Beberapa Catatan Penting – 322
Beberapa Contoh Sastra Qur’ani – 323
Pengantar – 326
Kisah Yusuf – 327
Tabir Mimpi – 328
Konspirasi untuk Membinasakan Yusuf – 329
Membujuk Ayahnya- 331
Yusuf Dimasukkan ke Dasar Sumur – 333
Sandiwara Saudara-Saudara Yusuf terhadap Ayahnya – 333
Nasib Yusuf di Dalam Sumur – 334
Pengantar – 336
Kedudukan Yusuf dan Awal Mula Cobaan yang Kedua – 336
Cobaan yang Kedua – 338
Gunjingan Kaum Wanita terhadap Istri al-Aziz – 342
Orang yang Benar Dipenjara (Fenomena Kezaliman sebuah Rezim) – 343
Ujian Ketiga dalam Kesulitan – 347
Di Dalam Majelis Raja – 353
Klarifikasi – 355
Juz Ke-13: BAGIAN AKHIR SURAH YUSUF, AR-RAD, DAN SURAH IBRAHIM – 359
BAGIAN AKHIR SURAH YUSUF – 361
Pendahuluan – 361
Perasaan Mulia dengan Iman – 361
Pengantar – 364
Kesueian Yusuf Telah Jelas – 365
Masalah Pencalonan Diri dalam Suatu Jabatan – 366
Penghalang Terbesar bagi Dakwah – 373
Penghormatan Lain bagi Yusuf – 374
Kedatangan Saudara-Saudara Yusuf – 376
Ketentuan Allah tentang Qadha dan Qadar, serta Perjalanan Kedua Saudara Yusuf – 379
Siasat Yusuf Menahan Adik Kandungnya – 381
Agama Adalah Undang-Undang – 383
Keputusan Musyawarah Saudara-Saudara Yusuf – 388
Tanggapan Ya’qub Atas Apa yang Terjadi – 388
Buah Keimanan dan Makrifah – 389
Perjalanan Ketiga Saudara-Saudara Yusuf – 391
Kejutan-Xejutan Takwil Mimpi Yusuf – 392
Syukur dan Zikir selalu Menyertai – 394
Pengiriman Terjemahan Tafsir Fi Zilalil Quran
==============
Pesanan Buku: 3 Buku Fi Zilalil Quran
Alamat Pengiriman: Sukmajaya, Kota Depok
Status: Terkirim via JNE
No Resi: SOCE600563912116
==============
==============
Pesanan Buku: Terjemahan Tafsir Fi Zilalil Quran Lengkap
Alamat Pengiriman: Cibeunying Kaler, Kota Bandung
Status: Terkirim
==============
Incoming search terms:
- tafsir fi zhilalil quran
Tinggalkan Balasan