Nama Buku : Pengantar Studi Syariah
Ukuran/Hal : 15 x 23 cm / halaman
Berat: 600 gram
Penulis: Prof. Dr. Abdul Karim Zaidan
Penerbit: Penerbit Robbani Press
Harga : Rp 95.000 ,- –> Rp 86.000
Anda Hemat: Rp 9.000,-
Pesan via Whatsapp: 0857 2745 2727 <- Cukup Klik
Pesan via SMS: 0857 2745 2727
Sinopsis Buku Pengantar Studi Syariah – Prof. Dr. Abdul Karim Zaidan – Penerbit Robbani Press
Di antara keunggulan syariat Islam adalah penerapannya yang dinamis, fleksibel dan universal. Berlaku bagi semua manusia di semua tempat dan zaman serta mampu memenuhi semua kebutuhan umat manusia. Ini diakui para pakar hukum Barat sebagaimana ditetapkan oleh mereka dalam suatu konferensi undang-undang internasional di Lahai tahun 1938, “bahwa syari’at Islam dinilai sebagai salah satu sumber legislasi umum, dan bahwa syari’at Islam merupakan aturan yang dinamis dan fleksibel, mampu berkembang, dan berdiri sendiri tanpa diambil dari sumber lain.” Sedemikian rinci dan mendalam syariat Islam mengatur kehidupan manusia sehingga tidak ada satu pun aspek kehidupan yang luput dari perhatiannya.
Maka, memahami syariat Islam lebih detail merupakan suatu tuntutan. Buku ini merupakan referensi utama dari tuntutan tersebut. Pembaca akan terbelalak matanya setelah mengetahui keluasan dan keluwesan syariat Islam melalui buku ini. Selamat membaca!
Daftar Isi Buku Pengantar Studi Syariah – Prof. Dr. Abdul Karim Zaidan – Penerbit Robbani Press
DAFTAR ISI
PENGANTAR PENERBIT v
PENGANTAR PENULIS vii
DAFTAR ISI ix
PENDAHULUAN 1
BAGIAN I
MENGENAL SYARIAT ISLAM DAN KARAKTERISTIKNYA, FIQIH ISLAM, SEJARAHNYA, MADZHAB, DAN SUMBERNYA
BAB I
MENGENAL SYARIAT DAN FIQIH
Pasal Pertama
ARAB PRA-ISLAM: KONDISI SOSIOLOGIS
DAN PERUNDANG-UNDANGAN
PENDAHULUAN 12
Bahasan Pertama: Kondisi Sosiologis Bangsa Arab 14
• Asas Sistem Sosial Bangsa Arab dan Beberapa Gambarannya 15
• Pengaruh Islam terhadap Kondisi Sosial Masyarakat Arab 18
Bahasan Kedua: Kondisi Perundang-undangan Masyarakat Arab 26
• Pendahuluan 26
Pertama: Undang-undang keluarga 27
1. Pernikahan dan Hukum yang Terkait Dengannya 27
2. Putusnya Ikatan Perkawinan 31
3. Wasiat dan Warisan 35
Kedua: Mu’amalah 37
Ketiga: Qishash dan Diyat 42
Keempat: Bukti-bukti 43
Pasal Kedua
SYARIAT ISLAM
DEFINISI DAN KARAKTERISTIKNYA
Karakteristik Syariat Islam 45
• Pertama: Syariat Berasal dari Sisi Allah 45
• Kedua: Sanksi Dunia dan Akhirat dalam Syariat 50
• Ketiga: Syariat Berlaku Universal dan Abadi 53
Bukti Pertama: Syariat tegak di atas prinsip “Jalbul Mashalih wa Dar’ul Mafasid” (Mendatangkan Maslahat dan Menolak Kerusakan) 54
Bukti Kedua: Dasar-dasar Syariat dan Watak Hukum-hukumnya 59
Bukti Ketiga: Sumber-sumber Hukum 69
Bukti Keempat: Syariat Bersifat Menyeluruh 70
Pasal Ketiga
DEFINISI FIQH ISLAM DAN KARAKTERISTIKNYA
• Hubungan Fiqh dan Syariat 79
• Karakteristik Fiqh Islam 81
Pasal Keempat
HUBUNGAN ISLAM
DENGAN SYARIAT-SYARIAT TERDAHULU
• PENDAHULUAN 84
Bahasan Pertama: Hubungan Syariat Islam dengan Syariat-syariat Samawi 85
Bahasan Kedua: Hubungan Syariat Islam dengan Hukum Romawi 89
• Pendahuluan 89
• Argumentasi Terpengaruhnya Syariat Islam oleh Hukum Romawi 90
• Kritik dan Sanggahan 92
Kritik dan Sanggahan Argumen Pertama 92
Kritik Argumen Kedua 93
Kritik Argumen Ketiga 95
Kritik Argumen Keempat 98
Kritik Argumen Kelima 101
• Kesimpulan 106
Pasal Kelima
PENJELASAN BEBERAPA KAIDAH
KULLIYAH DALAM FIQIH ISLAM
• PENDAHULUAN 108
Kaidah Pertama: Segala Perkara Tergantung Pada Tujuannya 110
Kaidah Kedua: Yang teranggap dalam Akad adalah Tujuan dan Makna Bukan Lafazh dan Kalimat 111
Kaidah Ketiga: Pada Dasarnya Ucapan itu Bermakna Hakiki 113
Kaidah Keempat: Memberlakukan Pembicaraan Itu Lebih Baik daripada Mengabaikannya 114
Kaidah Kelima: Perkataan tidak Dinisbatkan kepada Orang yang diam, tetapi Diam pada Saat Diperlukan Berarti Penjelasan 115
Kaidah Keenam: Tidak Boleh Melakukan Ijtihad saat Ada Nash 116
Kaidah Ketujuh: Keyakinan tidak Hilang oleh Keraguan 116
Kaidah Kedelapan: Pada Dasarnya Bebas Tanggung Jawab 117
Kaidah Kesembilan: Bukti Wajib atas Penggugat dan Sumpah Wajib atas orang yang Mengingkari 118
Kaidah Kesepuluh: Sesuatu yang Haram Diambil, Haram Pula Diberikan 119
Kaidah Kesebelas: Kebijakan Menyangkut Rakyat Terikat dengan Kemaslahatan 120
Kaidah Kedua Belas: Tidak Boleh Berbuat Madharat dan Tidak Boleh Membalas dengan Madharat 121
Kaidah Ketiga Belas: Madharat Harus Dihilangkan 122
Kaidah Keempat Belas: Mudharat yang Khusus Ditanggung (Boleh Dilakukan) untuk Mencegah Mudharat yang Umum 123
Kaidah Kelima Belas: Mudharat yang Lebih Berat Boleh Dihilangkan Dengan Mudharat yang Lebih Ringan 123
Kaidah Keenam Belas: Keadaan darurat Membolehkan Hal-hal yang Dilarang 124
Kaidah Ketujuh Belas; Hajat Menduduki Keadaan Darurat secara Umum atau Khusus 125
Kaidah Kedelapan Belas: Menolak Kerusakan Lebih Utama daripada Menarik Manfaat 125
Kaidah Kesembilan Belas: Adat Kebiasaan Bisa Dijadikan Acuan Hukum 126
Kaidah Kedua Puluh: Tidak Diingkari Adanya Perubahan Hukum dengan Sebab Perubahan Zaman 128
Kaidah Kedua Puluh Satu: Yang Teranggap Adalah yang Dominan dan Tersebarnya Luas, Bukan yang Jarang Terjadi 129
Kaidah Kedua Puluh Dua: Kerugian dengan Keuntungan 130
Kaidah Kedua Puluh Tiga: Kejahatan Hewan merupakan Kasus Force Majeure 130
Kaidah Kedua Puluh Empat: Seseorang tidak Boleh Bertindak terhadap Milik Orang Lain Tanpa Izinnya 131
Kaidah Kedua Puluh Lima: Upah dan Jaminan tidak Bisa Berkumpul 132
Kaidah Kedua Puluh Enam: Siapa yang Terburu-buru Mendapatkan Sesuatu sebelum Waktunya maka Dia Dihukum dengan tidak Memberikannya 132
BAB II
PERIODE-PERIODE FIQIH
PENDAHULUAN 135
Pasal Pertama
PERIODE PERTAMA MASA NABI
• Penetapan Syariat di Makkah 137
• Penetapan Syariat setelah Hijrah, atau Tasyri’ Madani 138
• Cara menetapkan Syariat 139
• Karakteristik Penetapan Syariat pada Periode Ini 140
– Pertama: Penetapan Syariat secara bertahap 141
– Kedua: Menghilangkan kesulitan 143
– Ketiga: Nasakh 145
• Ijtihad di Masa Nabi dan Pengaruhnya dalam Penetapan Syariat 146
• Tidak Ada Ikhtilaf d Masa Nabi 150
• Kodifikasi di Masa Nabi 150
Pasal Kedua
PERIODE KEDUA: MASA KHULAFA’ AR-RASYIDIN
PENDAHULUAN 151
• Cara Khulafa’ ar-Rasyidin dalam Mengenali Hukum 152
• Bukti Kebenaran Metode Sahabat dalam Mengenali Hukum-hukum 155
• Makna Ra’yu 156
• Memperhatikan Alasan Hukum dan Menjaga Kemaslahatan 157
• Hukum yang Diistinbathkan Berdasarkan Prinsip “Mendatangkan Kemaslahatan dan Menghindarkan Kerusakan” 162
• Penilaian Sahabat terhadap Pendapat Mereka 163
• Memperbanyak dan Mempersedikit Pendapat 164
• Perbedaan Pendapat 163
– Sebab-sebab perbedaan Pendapat Fuqaha’ di Masa Khulafa’ ar-Rasyidin 166
– Tidak Banyak Terjadi Perbedaan Pendapat 169
• Sahabat yang Paling Banyak Memberikan Fatwa 169
• Kodifikasi di Masa Khulafa’ ar-Rasyidin 170
Pasal Ketiga
PERIODE KETIGA
PENDAHULUAN 170
• Meluasnya Ruang Lingkup Fiqih dan Banyaknya Ikhtilaf dalam Berbagai Masalah 171
• Tersebarnya Periwayatan Hadits, Sebab dan Pengaruhnya 173
• Lahirnya Madrasah Ahli Hadits dan Ahli Ra’yu 176
• Pangkal Perbedaan antara Dua Madrasah 176
• Pertama: Penggunaan Ra’yu 177
• Kedua: percabangan atau Pengembangan Masalah 178
• Sebab-sebab Munculnya Madrasah Hadits di Madinah dan Madrasah Ra’yu di Kufah 178
• Kodifikasi Pada Periode ini 181
Pasal Keempat
PERIODE KEEMPAT
PENDAHULUAN 181
• Kecemerlangan Fiqih dan Sebab-sebabnya 182
• Lahirnya Madzhab-Madzhab 185
Pasal Kelima
PERIODE KELIMA
PENDAHULUAN 186
• Kecenderungan Bertaklid di Kalangan Fuqaha’ 187
• Penutupan Pintu Ijtihad 189
• Karya Ulama Fiqih pada Periode ini 190
Pasal Keenam
PERIODE KEENAM
PENDAHULUAN 191
• Matan, Syarah dan Hasyiyah 192
• Buku-buku Fatwa 193
• Legislasi 193
• Kebangkitan Fiqih Kontemporer 196
Pasal Ketujuh
MENGENAL SEBAGIAN MUJTAHID
DAN MADZHAB FIQIH MEREKA
PENDAHULUAN 196
Pembahasan Pertama: Imam Abu Hanifah 197
• Abu Hanifah, Pemimpin Ahli Ra’yu 198
• Abu Hanifah dan Hadits 198
• Metode Pengajaran Abu Hanifah 199
• Prinsip-prinsip Istinbath Abu Hanifah 200
• Murid-murid Abu Hanifah dan Kodifikasi Fiqihnya 201
Batasan Kedua: Imam Malik bin Anas 205
• Ushul Madzhab Imam Malik 207
• Murid-murid Imam Malik 209
• Kodifikasi dan Periwayatan Fiqih Imam Malik 210
• Al-Muwaththa’ 210
• Al-Mudawwanah 210
Bahasan Ketiga: Imam Syafi’i 212
• Fiqh Imam Syafi’i 213
• Ushul Madzhab Imam Syafi’i 214
• Kodifikasi dan Periwayatan Fiwih Imam Syafi’i 215
Bahasan Keempat: Ahmad bin Hanbal 216
• Ushul Fiqih Ahmad bin Hanbal 217
• Kodifikasi dan Periwayatan Fiqihnya 218
Bahasan Kelima: Zaid bin Ali 219
• Kodifikasi dan Periwayatan Fiqih az-Zaidi 219
• Ushul madzhab az-Zaidi 221
Bahasan Keenam: Ja’far ash-Shadiq 222
• Dalil-dalil Fiqih al-Ja’fari 223
• Periwayatan dan Penyebaran Fiqih al-Ja’fari 223
Bahasan Ketujuh: Madzhab-Madzhab yang Punah 224
• Al-Auzai 225
• Sufyan ats-Tsauri al-Auzai 225
• Laits bin Sa’d 225
• Daud azh-Zhahiri 226
• Ibnu Jarir ath-Thabari 227
BAB III
SUMBER-SUMBER FIQIH
PENDAHULUAN DAN SISTEM PEMBAHASAN 229
Pasal Pertama
SUMBER-SUMBER POKOK AL-QUR’AN
DAN AS-SUNNAH
Bahasan Pertama: Al-Qur’an 230
• Karakteristik al-Qur’an 231
• Macam-macam Hukum al-Qur’an 233
• Cara Al-Qur’an Menjelaskan Hukum 233
• Mengaitkan Hukum dengan Akidah 236
• Uslub (Ungkapan) al-Qur’an dalam Menjelaskan Hukum 238
Bahasan Kedua: As-Sunnah 239
• Dalil Kedudukan Sunnah sebagai Hujjah dan Sumber Penetapan Hukum 239
• Macam-macam Sunnah dari Segi Sanadnya 241
• Macam-macam Sunnah dari Sisi Isinya 242
• Sunnah Tasyri’ dan Non-Tasyri’ 243
• Macam-macam Hukum yang Tercantum dalam Sunnah 245
• Tingkatan Sunnah dalam Penggunaan Sebagai Hujjah 246
Pasal Kedua
SUMBER-SUMBER SEKUNDER
Bahasan Pertama: Ijma’ 247
• Sandaran Ijma’ 248
• Macam-macam Ijma’ 248
• Apakah Ijma’ bisa Terjadi 249
• Urgensi Ijma’ di Masa Kini 249
Bahasan Kedua: Qiyas 250
• Contoh-contoh Qiyas 251
• Kekuatan Argumentasi Qiyas 252
Bahasan Ketiga: Istihsan 252
• Bentuk Pertama: Mengunggulkan Qiyas Khafi atas Qiyas Jali 252
• Bentuk Kedua: Mengecualikan Juz’iyah dari Pokok atau Kaidah Umum 253
• Kekuatan Hujjah Istihsan 254
Bahasan Keempat: Al-Mashalih Al-Mursalah 255
PENDAHULUAN 255
• Definisi Al-Mashalih Al-Mursalah 255
• Kekuatan Hujjah Al-Mashalih Al-Mursalah 256
Bahasan Kelima: Sadd adz-Dzara’i’ 257
• Kekuatan Hujjah Sadd adz-Dzara’i’ 257
Bahasan Keenam: ‘Urf 258
• Macam-macam ‘Urf 259
• ‘Urf yang Mu’tabar (Diakui) 260
• Perubahan Hukum Karena Perubahan ‘Urf 261
Bahasan Ketujuh: Madzhab Sahabat 261
PENDAHULUAN 262
• Verifikasi Letak Perbedaan Pendapat Ulama 262
Bahasan Kedelapan: Syari’at Umat Sebelum Kita 263
Bahasan Kesembilan: Istishhab 268
BAGIAN 2
STUDI SISTEM PERUNDANG-UNDANGAN DALAM ISLAM
BAB I
SISTEM KEPEMILIKAN
Pasal Pertama
HARTA DAN MACAM-MACAMNYA
PENDAHULUAN 273
• Definisi Harta (Mal) 273
– Hak dan Manfaat 275
– Macam-macam Harta 278
– Harta Berharga dan Tidak Berharga 278
– Harta bergerak dan Harta Tidak Bergerak 280
– Mitsli dan Qimi 281
Pasal Kedua
MILIK ATAU KEPEMILIKAN
• Pengertian Milik 282
• Kepemilikan dan Harta 283
• Harta yang Dapat Dimiliki dan yang Tidak Dapat Dimiliki 283
• Macam-macam Kepemilikan 283
Bahasan Pertama: kepemilikan tak Sempurna 284
PENDAHULUAN 284
• Kepemilikan Benda Saja 285
• Kepemilikan Manfaat atau Hak Manfaat Personal 286
– Perbedaan antara Milik dan Ibahah (Pemberian Izin) 287
– Sebab-sebab Kepemilikan Manfaat 288
– Hukum-hukum Kepemilikan Manfaat 289
– Berakhirnya Hak Manfaat Personal 291
• Hak Manfaat material 292
– Pendahuluan 292
– Pertama: Hak Irigasi (Haq asy-Syirbi) 292
– Kedua: Hak Aliran 295
– Ketiga: Hak Mengalirkan 296
– Hak Melewati 296
– Hak Ta’alli (Meninggikan Bangunan) 297
– Hak Jiwar ( Tetangga) 298
• Sebab-sebab Tetapnya Kepemilikan Hak Irtifaq 300
– Syirkah ‘Aammah (Persekutuan Umum) 300
– Disyariatkannya Hak Ini dalam Akad Tukar Menukar 300
– Waktu yang Sudah Lama 301
• Perbedaan antara Hak Irtifaq (Hak Manfaat Umum) dan Hak Manfaat Personal 301
Bahasan Kedua: Kepemilikan Sempurna 303
PENDAHULUAN 303
• Beberapa Karakteristik Kepemilikan Sempurna 303
• Watak Hak Kepemilikan 304
• Syarat-syarat Hak Kepemilikan 307
Pasal Ketiga
SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN SEMPURNA
Bahasan Pertama: Penguasaan atas Harta tak Bertuan 313
• Sub Bahasan Pertama: Buruan 314
– Pertama: Penguasaan Hakiki 315
– Kedua: Penguasaan Secara Hukum 316
• Sub Bahasan Kedua: Rumput dan Belukar 318
• Sub Bahasan Ketiga: Tambang dan Barang Temuan di Dalam Tanah (Kunuz) 319
– Hukum-hukum Benda Tambang 320
– Kunuz (Harta Terpendam) dan Hukumnya 323
• Sub Bahasan Keempat: Menghidupkan Tanah Mati 324
– Pemagaran 326
– Izin Imam untuk Menghidupkan Tanah 328
– Hukum Tanah Setelah Ditinggalkan atau Diabaikan 330
Bahasan Kedua: Akad-Akad yang Mengalihkan Kepemilikan 331
Bahasan Ketiga: Waris 332
Bahasan Keempat: Syuf’ah 332
• Pada Masalah Apa Saja Syuf’ah Diterapkan? 335
• Sebab-sebab mendapatkan Hak Syuf’ah 338
• Urutan Syafi’ Menurut Madzhab Hanafi 340
• Perebutan Syafi’ 340
• Syarat-syarat Syuf’ah 343
– Pertama: Masyfu’ fih dan Masyfu’ bih Harus Berupa Harta tak Bergerak 343
– Kedua: Keluarnya Masyfu’ fih dari Kepemilikan Pemiliknya secara Final dan dengan Ganti Hartanya 344
– Ketiga: Kepemilikan Masyfu’ bih Tetap pada Syafi’ hingga Syufi’ah Terlaksana 347
– Keempat: Tidak Adanya kerelaan Syafi’ Terhadap Penjualan 348
– Cara Melaksanakan Syuf’ah atau Proses Menuntut Syuf’ah 349
– Menuntut untuk Menguasai Masyfu’ fih Seluruhnya 349
Tahapan-tahapan Tuntutan 351
a. Tuntutan Segera (Thalab a-Mawatsabah) 351
b. Tuntutan Peneguhan (Thalab at-Taqrir) 352
c. Tuntutan Perkara (Thalab al-Khushumah) 353
– Kewajiban Syafi’ 354
Pertama: Pembayaran Tempo 354
Kedua: Pengurangan dan Penambahan Harga 355
Tindakan Pembeli pada Masyfu’fih 356
Hal-hal yang Menggugurkan Syuf’ah 358
BAB II
TEORI AKAD
PENDAHULUAN 361
• ‘Aqd dan Tasharruf 361
• Tasharruf (Tindakan) 361
• Iltizam (Komitmen atau mengikat) 363
• Metode Kajian 364
Pasal Pertama
PENGADAAN AKAD
PENDAHULUAN 364
Bahasan Pertama: IJAB DAN QABUL 365
PENDAHULUAN 364
• Pertama: Setiap pelaku Akad Mengungkapkan Keinginannya yang Sah untuk Mewujudkan Akad 365
• Kedua: Kesesuaian Ijab dengan Qabul 366
• Ketiga: Setiap Pelaku Akad Mengetahui Hak yang Keluar dari Pihak Lain 367
• Keempat: Bersambungnya Qabul dengan Ijab dalam Majelis Akad 367
• Khiyar ar-Ruju’ (Pilihan untuk Menarik Kembali) 369
• Penyampai Ijab Kehilangan Kelayakannya 370
• Satu Ungkapan dan Dampaknya dalam Mewujudkan Akad 370
Bahasan Kedua: Shighat Akad 372
• Pengertian Shighat Akad 372
• Mengungkapkan Keinginan dengan Lafazh, atau Shighat Lafzhiyah 372
• Mengungkapkan Keinginan Tidak dengan Lafazh 375
– Tulisan 375
– Isyarat 375
– Perbuatan 376
– Diam 378
Bahasan Ketiga: Keinginan Lahiriah dan Keinginan Batiniah 379
• Kondisi Pertama 380
• Kondisi Kedua 380
• Kondisi Ketiga 381
• Kondisi Keempat 381
• Kondisi Kelima 381
• Kondisi Keenam 383
• Kondisi Ketujuh 383
• Kondisi Kedelapan 384
• Pendapat yang Rajih 385
Pasal Kedua
OBYEK AKAD
• Obyek Akad (Mahallul ‘aqdi) 387
• Syarat-syarat Obyek Akad 387
– Pertama: Bisa Dikenal Hukum Akad Secara Syarat 387
– Kedua: Keberadaan Obyek Akad pada Waktu Akad 387
– Ketiga: Diketahui 390
– Keempat: Bisa Diserahkan 391
Pasal Ketiga
PELAKU AKAD
PENDAHULUAN 392
Bahasan Pertama: AHALLIYAH 393
• Kecakapan Mengemban Kewajiban (Ahaliyatul Wujub) 393
• Kecakapan Bertindak (Ahaliyatul Ada’) 394
• Kecakapan Sempurna dan Tak Sempurna 394
– Periode Pertama: Periode Janin 395
– Periode Kedua: Periode Kelahiran Hingga Umur Tamyiz 395
– Periode Ketiga: Periode Tamyiz Hingga Baligh 396
– Periode Keempat: Baligh Disertai Dewasa (Rusyd) 397
Bahasan Kedua: Penghalang Kecakapan 398
PENDAHULUAN 398
• Sub Bahasan Pertama: Faktor-faktor Penghalang dari Langit (Samawi) 399
– Pertama: GILA 399
‘Penahanan’ (Hijr) orang gila 399
– Kedua: Lemah Akal (al-‘Atah) 400
Orang lemah Akal dan Undang-Undang Hukum Perdata Irak dan Mesir 401
– Ketiga: tidur dan Pingsan 402
– Keempat: Sakit 402
Pernikahan Orang Sakit 404
Perceraian Orang Sakit 404
Perceraian Orang Sakit dalam Undang-Undang Hukum Perdata Irak dan Mesir 405
• Sub Bahasan Kedua: Faktor Penghalang Akibat Tindakan Manusia (Muktasab) 406
– Pertama: Kelemahan Akal (Safah) 406
Menyerahkan Harta kepada Orang yang Baligh dalam Keadaan Lemah Akal 406
Apakah Rusyd (Dewasa) yang Dimaksudkan Secara Hakiki atau Perkiraan 408
Pendapat yang Rajih 410
Penahanan (Harta) Orang yang lemah Akal 410
Dalil-dalil 411
Pendapat yang Rajih 414
Kapan Penahanan Harta Orang Lemah Akal Berakhir? 414
Hukum Tasharruf Orang Lemah Akal yang Ditahan (Hartanya) 415
Orang Lemah Akal dalam Undang-Undang Hukum Perdata Mesir 410
– Kedua: MABUK 417
Pendahuluan 417
Mabuk dengan Cara Mubah 417
Mabuk dengan Cara Haram 417
o Pendapat Pertama 417
o Pendapat Kedua 418
o Dalil-dalil Pendapat Pertama 418
o Dalil-dalil Pendapat Kedua 419
o Pendapat yang Rajih 419
Hukum Orang Mabuk dalam Hukum Positif 420
Bahasa Ketiga: WALAYAH 421
• Macam-macam Walayah 421
– Pertama: Walayah Dzatiyah 421
– Kedua: Walayah Muta’addiyah 422
• Wilayah atas Diri dan Harta 422
– Pertama: Walayah atas diri 423
– Kedua: Walayah atas harta 423
• Syarat-syarat Perwalian Harta atas Anak Kecil dan yang Memiliki Kesamaan Hukum 425
• Tasharruf Wali 425
Bahasan Keempat: Wakalah 426
• Rukun Wakalah 427
• Syarat-syarat Wakalah 428
– Pertama: Syarat Mukakkil (Orang yang mewakilkan) 428
– Kedua: Syarat Wakil 429
– Ketiga: Syarat Sesuatu yang Diwakilkan (Muwakkal Fih) 429
• Macam-macam Wakalah 431
• Wakil Mewakilkan Apa yang Diwakilkan itu kepada Orang Lain 433
• Banyak Wakil 433
• Hukum dan Hak Akad, dan Kepada Siapa Hak Kembali? 434
– Pertama: Hukum Akad 435
– Hak-hak Akad 435
• Hubungan Wakil dengan Muwakkil 437
• Berakhirnya Wakalah 437
Bahasan Kelima: Fudhuli 438
• Hukum Akad Fudhuli 439
• Pendapat yang Rajih dan Syarat-syarat Pemberlakuannya 440
• Dampak Perizinan 441
• Syarat Sah Perizinan 442
• Faskh (membatalkan) Akad Sebelum Perizinan 443
Pasal Keempat
CACAT-CACAT AKAD
PENDAHULUAN 444
Bahasan Pertama: Kekeliruan 444
• Kekeliruan yang Jelas dan Tidak Jelas 445
• Pengaruh Kekeliruan dalam Akad 445
Bahasan Kedua: Penipuan dan Manipulasi 447
• Ghabn 447
• Macam-macam Ghabn 447
• Taghrir (Manipulasi) 448
• Macam-macam Taghrir 448
– Pertama: Dampak Ghabn dan Taghrir terhadap Akad 449
– Kedua: Pengaruh Taghrir Saja 451
– Ketiga: Pengaruh Ghabn dan Taghrir Bersamaan 451
Bahasan Ketiga: Pemaksaan 452
• Pengertian dan Syarat-syarat Pemaksaan 452
• Macam-macam Pemaksaan 453
• Dampak Pemaksaan Pada Akad dan Tasharruf Orang yang Dipaksa 454
• Pendapat yang Rajih 457
Pasal Kelima
MACAM-MACAM AKAD
PENDAHULUAN 459
Bahasan Pertama: Macam-macam Akad Menurut Sifatnya 459
• Pendahuluan 459
• Pertama: Akad yang Sah dan Tidak Sah 460
– Akad yang Sah dan Tidak Sah Menurut Mayoritas Fuqaha’ 462
• Kedua: Terlaksananya (Nafidz) dan Tertangguhkan (Mawquf) 462
• Ketiga: Akad yang Mengikat (Lazim) dan Akad Tak-Mengikat (Ghair Lazim) 463
Bahasan Kedua: Akad Menurut Kebersambungan Hukumnya dengan Shighat-nya atau Kebersambungan Dampak-dampaknya dengan Shighat-nya 464
• Pertama: Akad yang Terlaksana Seketika (Munjiz) 465
• Kedua: Akad yang Disandarkan kepada Waktu Mendatang 466
• Akad-akad yang Tergantung (Mu’allaq) 468
Bahasan Ketiga: Macam-macam Akad Menurut Jenis Dampaknya 471
Pasal Keenam
KHIYAR (HAK MENENTUKAN PILIHAN)
PENDAHULUAN 473
Bahasan Pertama: Khiyar Syarat 474
• Pengertian Khiyar Syarat 474
• Jangka Waktu Khiyar Syarat 474
• Akad-akad yang Dapat Dikenakan Khiyar Syarat 475
• Pengaruh Khiyar Pada Akad 476
• Berakhirnya Khiyar Syarat 476
Bahasan Kedua: Khiyar Ta’yin 477
• Syarat-syarat Sah Khiyar Ta’yin 478
• Hal-hal yang Menggugurkan Khiyar Ta’yin 479
• Ahli Waris Khiyar Ta’yin 479
Bahasan Ketiga: Khiyar Ru’yah 480
• Pengertian 480
• Makna Melihat (Ru’yah) dan Hal yang Terwujud Karenanya 480
• Akad yang Dapat Dikenakan Khiyar Ru’yah 481
• Persyaratan Khiyar Ru’yah 482
• Waktu Terjadinya Khiyar dan Batas Waktunya 482
• Pengaruh Khiyar Ru’yah pada Akad 483
• Hal-hal yang Membatalkan Khiyar Ru’yah 484
Bahasan Keempat: Khiyar Aib 486
• Pengertian dan Akad-akad yang Dapat Diberlakukan Khiyar Aib 486
• Aib yang Dapat Dikenai Khiyar 486
• Sebab Khiyar Aib 487
• Syarat-syarat Ditetapkannya Khiyar Aib 487
• Dampak Khiyar Aib pada Akad 488
• Gugurnya Khiyar Aib 489
• Pengembalian dengan Sebab Penyusutan 490
• Pewarisan Khiyar Aib 491
Pasal Ketujuh
SEJAUH MANA KEKUATAN KEINGINAN DALAM
MENGADAKAN AKAD DAN SYARAT-SYARAT
PENDAHULUAN 492
• Pertama: Pendapat yang Mempersempit 493
– Dalil-dalil Pendapat Ini 493
• Kedua: Pendapat yang Memperluas 494
– Dalil-dalil Pendapat yang Memperluas 496
• Ketiga: Pendapat Moderat 500
– Pertama: Syarat Sah 500
– Kedua: Syarat Fasid 501
– Ketiga: Syarat Batil 501
BAB III
TINDAK KEJAHATAN DAN SANKSI
PENDAHULUAN 503
• Pengertian Tindak Kejahatan (Jarimah) 504
• Dasar Penilaian Tindak Kejahatan 505
• Asas dan Tujuan Pensyari’atan Sanksi 506
• Macam-macam Tindak Kejahatan 509
– Pertama: Tindak Kejahatan yang Dikenai Hukuman Hadd 509
a. Zina 510
b. Qadzaf 512
c. Minum Khamer 513
d. Pencurian 513
e. Perampokan di Jalan 514
f. Murtad 515
– Kedua: Kejahatan yang Diberi Sanksi Qishas dan Diyat 515
– Ketiga: kejahatan yang Dikenai Hukuman Ta’zir 517
• Berlakunya Undang-Undang Pidana Islam dari Segi Tempat 518
• Berlakunya Undang-Undang Pidana Islam di Luar Negara Islam 520
PENUTUP 522
BIOGRAFI 523
*****
Review Buku Pengantar Studi Syariah – Prof. Dr. Abdul Karim Zaidan – Penerbit Robbani Press
Author: Google+ by Toko Buku Islam Online Terpercaya
Kunjungi channel kami di Wisata Buku Online
baca referensi lain di id.wikipedia
Tinggalkan Balasan