Inilah buku yang ditulis dengan ketulusan seorang ibu yang tahu bagaimana memaknai hidup. Siapapun yang membaca tanpa prasangka, Insya Allah akan mendapat banyak pelajaran. Kecuali kalau nurani kita telah mati dan hati kita telah keruh. Muhammad Fauzil Adhim | Penulis buku-Buku Best Seller, Pemerhati Pendidikan Anak
Pada akhirnya, sebuah tekad untuk berbagi dan menyampaikan hal yang diyakini benar, membuat seseorang bisa menulis. Begitulah Ibu Paridah mengajarkan pada kita, lewat penerbitan buku ini. Ditulis secara lancer dengan gaya buku harian, buku ini menjadi menarik karena membicarakan sebuah peristiwa yang tidak biasa dari perspektif yang berbeda. Ketabahan Bu Paridah juga bisa menjadi cermin bagi para perempuan yang suami dan keluarganya pun pernah dihadang badai fitnah-begitulah menurutnya yang ia alami. Sebuah buku unik yang membuat kita turut berdebar dan tak berhenti membacanya hingga usai, ditulis dengan cinta oleh seorang istri yang meyakini bahwa suaminya bukanlah seorang teroris. Helvy Tiana Rosa | Pelopor Forum Lingkar Pena | Peraih Penghargaan Wanita Indonesia Berprestasi Tabloid NOVA
Buku ini dapat mewakili perasaan, penderitaan dan pengalaman para istri yang suaminya terjerat perkara tindak pidana terorisme seperti perkara bom Bali, terutama yang menjadi terpidana mati. Meski waktu itu dalam keadaan tertekan luar biasa, penulisnya –yang berasal dari Malaysia- ternyata tidak kehilangan ketabahan, keberanian, kecerdasan dan sense of humor… Junianto “Dhodho” Setyadi | Wakil Redaktur Polkam Harian SURYA Surabaya
SEKILAS PENULIS
Paridah Abas, istri Ali Ghufron alias Mukhlas, terpidana Bom Bali. Lahir di Singapura pada 30 September 1970. Tahun 1977, pindah ke Malaysia mengikuti orangtua. Menyelesaikan pendidikan TK di Singapura. SD ia tempuh di Johor Bahru. SMP-SMAnya (Seolah Rendah dan Sekolah Menengah) juga ia tempuh di kota yang sama sampai tingkat V.
Pernah menjuarai juara pertama (johan) peringkat kebangsaan (nasional) lomba menulis esai Sampena Hari Koperasi Antarbangsa tahun 1984. Pernah bergabung menjadi anggota GPMS (Gabungan Pelajar Melayu Semenanjung), namun menarik diri setelah gagal mendaftarkan temannya, seorang India Muslim.
Menikah pada usia 20 tahun atas pilihan orang tau, saat ia berstatus sebagai tenaga pengajar di sebuah TK Islam. Setelah menikah, ia melanjutkan studi dengan pola mulazamah (privat) kepada suaminya yang juga gurunya. Pelajaran yang ia ambil, terutama pada bidang Al-Quran dan Bahasa Arab. Memiliki 6 anak; 3 laki-laki dan 3 perempuan. Kini menetap di Johor Bahru, Johor, Malaysia.
Daftar Isi Buku Orang Bilang Ayah Teroris
Ucapan terima kasih – iii
Sekilas Penulis – iv
Daftar Isi – v
PENGANTAR
H.M. Mahendradatta. S.H., M.A., M.H. – vi
Vera Kartika Giantari, S.H. – ix
Penerbit – xiii
Pulanglah, Esok Lebaran – 17
Manajemen Akhlak – 37
Jauh di Mata, Dekat di Hati – 63
Suami seharum Kasturi – 83
Setetes Embun – 103
Kabut di Siang Hari – 119
Kenapa Abi Ditangkap Polisi? – 131
Di Ujung Garis Peradilan – 153
Menyulam Harapan, Menekat Impian – 167
Vonis Di Tengah Kerinduan – 177
Usamah, Kami Tak Pernah Rela – 189
Selamat Tinggal Indonesia – 201
Kalau Dia Menghendaki, Mustahilkah? – 221
Jalan Masih Panjang – 251
Author: Google+ by Toko Buku Islam Online Terpercaya
Kunjungi channel kami di Wisata Buku Online
Tinggalkan Balasan