Nama Buku : Hambatan Hambatan Dakwah
Ukuran/Hal : 15 x 23 cm / 362 halaman
Berat: 00 gram
Penulis: Muhammad Ahmad Ar Rasyid
Penerbit: Penerbit Robbani Press
Harga : Rp 55.000 ,- –> Rp 50.000
Anda Hemat: Rp 5.000,-
Pesan via Whatsapp/Telpon
Sinopsis Buku Hambatan Hambatan Dakwah – Muhammad Ahmad Ar Rasyid – Penerbit Robbani Press
Bila anda ingin tetap berada di jalan dakwah hingga nafas terakhir maka Anda harus bisa melewati berbagi hambatan yang menghadang di jalan dakwah ini, khususnya berbagai ambatan internal. Tetapi sayang banyak diantara para aktivis dakwah yang kurang memahami berbagai hambatann internal ini, karena untuk mengetahui hal ini memang memerlukan kajian mendalam yang mampu mengungkapkan berbagai pengalaman para pelopor dakwah dikalangan para Nabi dan Ulama’ pewaris Nabi dalam meniti jalan dakwah ini.
Berdasarkan pengamatan, pengalaman dan interaksi dakwahnya yang sangat dalam dan panjang bersama gerakan Islam terbesar abad ini, penulis buku ini berhasil membukukan berbagai pengalaman para ulama’ dakwah –dahulu maupun sekarang- dalam meniti dakwah ini, sehingga buku ini lebih merupakan rangkuman pengalaman ketimbang kumpulan teori. Disinilah letak keistimewaan buku ini, disbanding buku-buku dakwah yang bisa Anda baca selama ini.
Disamping keistimewaan lainnya yang menjadi ciri khas penulis buku ini: Melakukan kajian fiqh dakwah dengan bahasa yang sarat ruhiyah. Sehingga Anda akan mendapatkan dua hal dalam buku ini, wawasann dakwah yang luas dan sekaligus pengatan spiritual yang tangguh, Insya Allah.
Daftar Isi Buku Hambatan Hambatan Dakwah – Muhammad Ahmad Ar Rasyid – Penerbit Robbani Press
Daftar Isi
SEKAPUR SIRIH vii
KANDUNGAN BUKU ix
PENDAHULUAN : BUNGA MAWAR INI 1
I. JAMA’AH SATU HATI 5
• Keletihan Spiritual (Futuh) dan Dosa 7
• Kasih Sayang dan Jalinan Hubungan 9
• Pemimpin harus Menjadi Pelopor 11
• Hasutan yang Tersembunyi 13
• Tidak Ada Gunanya Ketaatan yang Bermuatan Hawa Nafsu 14
II. MENUJU TARBIYAH ISLAMIYAH 18
• Keasyikan yang Membuat Ifrath (sikap Berlebihan) 20
• Sikap ati-hati yang Memberi Inspirasi 21
• Para Pewaris Nabi tidak Bersikap Ceroboh 23
• Metode Kaum Salafi dalam Mengajarkan Kesetiaan 24
III. TA’WIL YANG MENYESATKAN 27
• Persaudaraan Amal Karena Allah 28
• Awal Fitnah adalah Ta’wil (Interpretasi) 30
• Ketika Noda Hitam telah Menyebar di Hati 32
• Da’wah ini Terpelihara 34
• Berbagai Faktor Penghancur 35
IV. MATA RANTAI AIB 39
• Pemilik Aib Memerlukan Propaganda 40
• Sempurna dalam Diam 40
• Peneguhan dan Pelemahan 42
• Aib Mempunyai Titik Tolak 45
V. ANAK PANAH SYETAN 50
• Jauhilah walaupun anya Dosa Kecil 50
• Meneladani Kebersihan Moral Umar r.a 53
• Jangan Merasa Tinggi Diri (anak Panah Pertama: Sifat ‘Ujub) 54
• Lima Tempat Jatunya Orang yang Suka Pujian 57
• Cukuplah Allah yang Akan Membersihkan Diri Kita 60
VI. MENGEKANG HAWA NAFSU UNTUK DENYUT NADI PERTAMA 63
• Bersama Allah dalam Segala Keadaan 65
1. Bersama Allah dalam Berpikir 65
2. Bersama Alla dalam Melihat 65
3. Bersama Allah ketika Terjadi Bahaya 65
4. Bersama Allah dalam Berjamaah 65
5. Bersama Allah dalam Mencintai Hamba-hamba yang Bertaqwa 66
6. Bersama Allah dalam Membenci Hamba-hamba yang Durhaka 66
• Bersama Hakikat Manusia dan Nasib Akhirnya 67
• Seorang Pendaki yang Takut Jatuh 69
• Sebab Hawa Nafsu 70
• Hawa Nafsu adalah Tawanan dan Belenggu 70
• Pertikaian Menyebabkan Terhentinya Amal 72
• Keharusan Memberi Terapi kepada Hawa Nafsu 74
VII. MENYATUKAN HATI 80
• Kelompok yang Tegar Tetap Eksis 81
• Teori “Keragaman yang Disatukan” 84
• Bersama Kawanan Burung dalam Satu Irama Nyanyian 87
• Tau Kerusakan Diri adalah Maslahat 88
• Pembersihan dan Penjernihan 91
• Akhir Dirimu Busuk Wahai Manusia 91
VIII. KEPRAJURITAN, JALAN MENUJU KEPEMIMPINAN 95
• Kepemimpinan adalah Beban yang Berat 96
• Umar Mengembangkan Teori Penyatuan Hati 97
• Madrasah Ats-Tsauri Melanjutkan Tarbiyah 99
• Pengujian dan Berangsur-angsur 102
• Tidak….Wahai Abdul Rahman 104
• Penjelasan Sayyid Quthb 105
• Pengecualian Tidak Boleh Dijadikan Prinsip Utama 111
• Yusuf dan Perbendaharaan Negara 112
• Berpikir Panjang, Pangkal Keselamatan 115
• Lebih Beik Kita Serahkan kepada Pemimpin 117
IX. CAHAYA KECERDASAN MENGHAPUS KEGELAPAN 119
• Menghisab Diri pada Masa-masa Berpikir Panjang 120
• Satu Hati yang Menunda 121
• Kesulitan, Ia tidak Mempunyai Sikap Diam 123
• Mengapa Kering Wahai Mata 126
• Jangan Kau Zalimi Dirimu dengan Memilih Kegelapan 128
• Senyum karena Malu adalah Kunci segala Cahaya 130
• Cahaya Pertama : Isti’adhah kepada Allah dari Berbagai Fitnah 132
X. SALING MENASEHATI DAN SALING MEMOHONKAN AMPUN 135
• Cahaya Kedua : Pemurnian Niat dari Segala Noda 138
• Cahaya Ketiga : Rela Menerima Nasehat dan Memintanya dari Para Ahli 142
• Bahkan, Mintalah Nasehat itu 145
• Cahaya Keempat : Mensosialisasikan Mentalitas Saling Memaafkan 147
XI. SYARAT DENGAN SYARAT 151
• Teguran Bijaksana Diawali dengan Penjelasan dan Diakhiri dengan Senyuman 152
• Cahaya Kelima : Tetap Memegang Sikap Walaupun Kemarahan sedang Memuncak 154
• Cahaya Keenam : Menilai Seorang Muslim dengan Berbagai Kebaikan dan Kesalahannya secara Adil 158
• Aisyah Menerapkan Timbangan ini 159
• Berharap tanpa Mau Meminta Syarat 164
XII. IA ADALAH DARAH DA’WAH 167
• Cahaya Ketujuh : Memperhatikan Aib Diri 169
• Sebab-sebab Penyakit Suka Mencela Orang Lain dan Berbagai Gejalanya 171
• Obat Penyakit Suka Mencela adalah dengan Merasakan Muroqobatullah 174
• Cahaya Kedelapan : Menjaga Telinga dari Mendengar Celaan 177
• Cahaya Kesembilan : Menasehati Para Pemimpin secara Tertutup 178
• Janganlah Kamu Membantu si Penumpah Darah 180
XIII. DA’WAH PERKATAAN YANG BAIK 183
• Keraguan yang Muncul 185
• Cahaya Kesepuluh : Mengurangi Bicara 189
• Ucapan yang Baik akan Mengangkat Derajat Seorang Hamba 191
• Ucapan yang Benar termasuk Perbuatan yang Benar 194
• Sifat Diam telah Menjadi Budaya 196
XIV. KEBAIKAN YANG MENJAUHI ORANG-ORANG YANG BERGADUH 200
• Kafilah Ketenangan Saling Memberi Petunjuk 202
• Bagaikan Diamnya Landasan Tukang Besi 207
• Cahaya Kesebelas, yang Memancarkan Sifat Mulia : Menahan Diri dari Perbantahan 209
• Cahaya Keduabelas : Berpegang kepada Kejujuran di Masa Fitnah 211
XV. MAJELIS RAHASIA DI LUAR JAMA’AH, JALAN KEBATILAN 215
• Fitnah adalah Sisa Akhlaq Jahiliyah 216
• Kesadaran yang Menyingkap Kepalsuan 219
• Cahaya Ketigabelas : Meninggalkan Najwa’ (Majelis Rahasia di Luar Jama’ah) 221
• Ijtihad tidak akan Tumbuh di dalam Kantong-kantong 223
• Cahaya Keempatbelas : Ajaklah Hatimu Membenci Fitnah 227
XVI. GEJOLAK API YANG DINGIN 231
• Menghidupkan Majelis-majelis Dzikir 232
• Tinggalkanlah Perkataan yang Buruk 234
• Cahaya Kelimabelas : Mengetahui Bahwa Allah tidak akan Memperbaiki Perbuatan Para Perusak 236
• Cahaya Keenambelas : Menuduh Keburukan yang Jelas 239
• Kepemimpinan Da’wah ini Seperti Kepemimpinan Sholat 242
• Tanda Keburukan Sangat Jelas 244
• Hati dapat Melihat apa yang tidak dapat Dilihat Mata 244
XVII. MEREKA YANG SUDAH BERHIJRAH ENGGAN MENJADI BADUI LAGI 248
• Sebuah Pelita yang Minyaknya adalah Taubat 249
• Cahaya Ketujuhbelas : Menghindari Pengkhianatan Bai’at 252
• Tetap Mentaati Allah dalam Menyikapi Orang yang Bermaksiat 254
• Cahaya Kedelapanbelas : Kesalahan Berdalih dengan Berbagai Kekeliruan Kaum Salaf 256
• Cahaya Kesembilanbelas : Larangan Syari’at kepada Kaum Muhajirin untuk Menjalani Kehidupan Badui 258
XVIII. DIA BENAR TETAPI PENDUSTA 263
• Alat Penjernihan Para Kader 264
• Cahaya Kedua Puluh : Ia Menggambarkan Indahnya Pengorbanan yang Didasarkan pada Perintah Pemimpin 266
• Cahaya Keduapuluh Satu : Ia Mengungkapkan bahwa Panglima Kebatilan Tetap Tercela, sedang Prajurit Kebenaran tetap Terpuji 270
• Cahaya Keduapuluh Dua : Perkataan yang Benar belum Cukup untuk Menyatakan Kebaikan secara Mutlak 271
• Cahaya Keduapuluh Tiga, yang Mengingatkan Kita bahwa : Buruknya Para Pemimpin adalah Tanda Bahaya bagi Jama’ah 273
XIX. RUNTUHNYA PUSAT BUDAYA 276
• Cahaya Keduapuluh Empat : Berusaha Keras Menyelamatkan Diri 280
• Cahaya Keduapuluh Lima, yang akan Membantu : Memahami : Tujuan Penghancuran Masjid Dirar 284
• Cahaya Keduapuluh Enam : Meningkatkan Kewaspadaan Fitnah Akhir Zaman 287
XX. DARAH DI ATAS MUSHAF 293
• Menara Cahaya Keduapuluh Tujuh : Belajar dari Sejarah 297
• Cahaya Keduapuluh Delapan, yang Dinyalakan dengan Keindahan : Berpaling dari Orang-orang Bodoh 302
• Cahaya Keduapuluh Sembilan : Meredam Rumor 303
• Cahaya Ketiga Puluh : Yaitu Cahaya Peringatan Berwarna Merah sebagai Tanda Bahaya Besar 305
XXI. BANGKITNYA SEORANG YANG BERSALAH 312
• Apabila Akal Dikalahkan oleh Syahwat 315
• Dua Pucuk Surat antara Amir dan Da’i 316
• Persekutuan Orang-orang yang Beristirahat 324
• Fatwa-fatwa Fuqoha tentang Pembersian Barisan 328
• Ghurur Seorang Faqih Menjadi Penghalang Pengangkatannya sebagai Amir 331
XXII. BUKAN SOMBONG … MEMILIH ORANG PILIHAN 334
• Harapan yang Menggerakkan dan Rahmat yang Menggiurkan 335
• Penggusuran yang Sulit 337
• Kebaikan yang Terus Mengalami Penurunan 340
• Ahli Sejarah Islam Mengabadikan Berbagai Fadhilah Kaum Salaf, karena Keindahan Berbagai Fadhilah Itu 341
• Kemunduran yang Melemahkan Semangat 343
• Mempersiapkan Diri Tanpa Sombong 345
• Baasa Kiasan Para Penyampai Nasehat, tidak boleh Difahami secara Jumud 346
• Jangan Samakan antara Dosa Kecil dan Dosa Besar 348
• Bersikap Adillah dalam Menilai Kami, Wahai Pengkritik 355
• Pintu yang Selalu Terbuka kepada Para Pengetuk 357
• Kami tetap Introspeksi tetapi tidak Mau menyiarkannya 358
• Kami tidak Ridha kepada Bid’ah 358
• Semua Kebijakan adalah Mempertimbangkan Kemaslahatan 359
XXIII. KALIMAT AKHIR 362
Review Buku Hambatan Hambatan Dakwah – Muhammad Ahmad Ar Rasyid – Penerbit Robbani Press
Author: Google+ by Toko Buku Islam Online Terpercaya
Kunjungi channel kami di Wisata Buku Online
Incoming search terms:
- https://wisatabuku com/hambatan-hambatan-dakwah/
- bentuk hambatan dakwah
- resume bukh hambatan dakwah
Tinggalkan Balasan